Kegiatan Usaha Alami Perlambatan
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat adanya perlambatan kegiatan usaha pada kuartal IV/2014. Hal ini terindikasi dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 11,13%, lebih rendah dibandingkan kuartal III/2014 yang sebesar 11,25%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, perlambatan kegiatan usaha terutama disebabkan oleh perlambatan pada sektor pertambangan dan penggalian (SBT - 1,76%). “Pada kuartal I/2015, kegiatan usaha diperkirakan meningkat sebagaimana tecermin dari SBT kegiatan usaha sebesar 17,76%,” katanya di Jakarta kemarin.
Menurut dia, peningkatan kegiatan usaha terutama didorong oleh ekspansi pada sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan SBT masing-masing sebesar 3,78% dan 3,23%. Kapasitas produksi terpakai rata-rata tetap stabil atau relatif tidak alami perubahan dari 78,18% pada kuartal III/2014 menjadi 78,26% pada kuartal IV/2014.
“Kapasitas produksi terpakai pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor industri pengolahan meningkat dari kuartal sebelumnya yakni masing-masing menjadi 81,38% dan 77,04%,” kata Tirta kemarin. Sementara, penurunan kapasitas produksi terpakai terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian.
Di sisi lain, kondisi likuiditas dan rentabilitas perusahaan masih relatif baik meski lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Survei mengonfirmasi kondisi likuiditas perusahaan pada kuartal IV/2014 relatif baik sebagaimana tecermin dari saldo bersih (SB) sebesar 23,07% atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 28,87%. “Saldo bersih likuiditas ini terus mengalami penurunan sejak kuartal II/2014,” ucap dia.
Demikian halnya dengan kondisi rentabilitas perusahaan yang relatif baik, sebagaimana terindikasi dari SB sebesar 21,24% atau turun dari 27,09% pada kuartal sebelumnya. Berdasarkan hasil survei, akses kredit selama tiga bulan terakhir relatif lebih mudah dibandingkan kuartal sebelumnya.
Menurutnya, kondisi ini tecermin dari saldo bersih sebesar 3,10%, lebih tinggi dibandingkan1,55% pada kuarta lIII/2014. Sementara, pada kuartal IV/2014 penyerapan tenaga kerja tercatat lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Kondisi ini tecermin dari nilai SBT sebesar 0,10%, lebih rendah dibandingkan 2,62% pada kuartal sebelumnya.
“Hasil survei mengonfirmasi penurunan penggunaan tenaga kerja antara lain sejalan dengan produksi yang menurun dan efisiensi kerja,” kata Tirta. Penurunan penggunaan tenaga kerja tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian (SBT -1,79%) sejalan dengan kontraksi kegiatan usaha pada sektor tersebut.
Pengamat ekonomi A Prasetyantoko berpendapat, perlambatan dunia usaha pada kuartal IV tahun lalu ada kaitan tingginya inflasi. Adanya kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate pada kuartal IV tahun lalu juga membuat nilai kredit terkoreksi, sehingga investasi akan turun.
“Kemudian, pelaku usaha akan melihat peluang untuk ekspansi ke depan akan lebih rendah, karena ada spiral antara inflasi, suku bunga kredit, dan investasi,” kata Pras kepada KORAN SINDO kemarin.
Adapun, kegiatan investasi dunia yang diperkirakan terus meningkat pada kuartal I tahun ini menurutnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fiskal, stimulus pemerintah.
Kunthi Fahmar Sandy
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, perlambatan kegiatan usaha terutama disebabkan oleh perlambatan pada sektor pertambangan dan penggalian (SBT - 1,76%). “Pada kuartal I/2015, kegiatan usaha diperkirakan meningkat sebagaimana tecermin dari SBT kegiatan usaha sebesar 17,76%,” katanya di Jakarta kemarin.
Menurut dia, peningkatan kegiatan usaha terutama didorong oleh ekspansi pada sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan SBT masing-masing sebesar 3,78% dan 3,23%. Kapasitas produksi terpakai rata-rata tetap stabil atau relatif tidak alami perubahan dari 78,18% pada kuartal III/2014 menjadi 78,26% pada kuartal IV/2014.
“Kapasitas produksi terpakai pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor industri pengolahan meningkat dari kuartal sebelumnya yakni masing-masing menjadi 81,38% dan 77,04%,” kata Tirta kemarin. Sementara, penurunan kapasitas produksi terpakai terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian.
Di sisi lain, kondisi likuiditas dan rentabilitas perusahaan masih relatif baik meski lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Survei mengonfirmasi kondisi likuiditas perusahaan pada kuartal IV/2014 relatif baik sebagaimana tecermin dari saldo bersih (SB) sebesar 23,07% atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 28,87%. “Saldo bersih likuiditas ini terus mengalami penurunan sejak kuartal II/2014,” ucap dia.
Demikian halnya dengan kondisi rentabilitas perusahaan yang relatif baik, sebagaimana terindikasi dari SB sebesar 21,24% atau turun dari 27,09% pada kuartal sebelumnya. Berdasarkan hasil survei, akses kredit selama tiga bulan terakhir relatif lebih mudah dibandingkan kuartal sebelumnya.
Menurutnya, kondisi ini tecermin dari saldo bersih sebesar 3,10%, lebih tinggi dibandingkan1,55% pada kuarta lIII/2014. Sementara, pada kuartal IV/2014 penyerapan tenaga kerja tercatat lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Kondisi ini tecermin dari nilai SBT sebesar 0,10%, lebih rendah dibandingkan 2,62% pada kuartal sebelumnya.
“Hasil survei mengonfirmasi penurunan penggunaan tenaga kerja antara lain sejalan dengan produksi yang menurun dan efisiensi kerja,” kata Tirta. Penurunan penggunaan tenaga kerja tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian (SBT -1,79%) sejalan dengan kontraksi kegiatan usaha pada sektor tersebut.
Pengamat ekonomi A Prasetyantoko berpendapat, perlambatan dunia usaha pada kuartal IV tahun lalu ada kaitan tingginya inflasi. Adanya kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate pada kuartal IV tahun lalu juga membuat nilai kredit terkoreksi, sehingga investasi akan turun.
“Kemudian, pelaku usaha akan melihat peluang untuk ekspansi ke depan akan lebih rendah, karena ada spiral antara inflasi, suku bunga kredit, dan investasi,” kata Pras kepada KORAN SINDO kemarin.
Adapun, kegiatan investasi dunia yang diperkirakan terus meningkat pada kuartal I tahun ini menurutnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fiskal, stimulus pemerintah.
Kunthi Fahmar Sandy
(ftr)