Buana Listya Tama Akan Reverse Stock 8:1
A
A
A
JAKARTA - PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) akan melakukan reverse stock dengan rasio 8:1 untuk memperbaiki likuiditas saham perseroan.
Artinya, setiap delapan lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar akan mengalami perubahan menjadi satu saham dengan nilai nominal Rp800 per lembar saham.
Dalam keterangan perseroan yang dipublikasikan pada Selasa (13/1/2015) disebutkan bahwa manajemen memastikan tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan terhadap jumlah modal ditempatkan dan distor penuh maupun modal dasar.
Kendati demikian, akan mengubah struktur kepemilikan bila ada saham-saham odd lot yang dibeli oleh pembeli siaga.
Reverse stock dapat mempengaruhi volume perdagangan saham perseroan. Dengan menurunnya jumlah saham beredar seiring dengan meningkatnya harga saham per lembar akan berpotensi menurunnya volume perdagangan hari.
Namun, reverse stock akan memungkinkan restrukturiasi utang berjalan baik, sehingga posisi keuangan perusahaan menjadi lebih sehat. Di samping itu, memungkinkan saham perseroan dapat diperdagangkan kembali dengan harga lebih wajar dan mencerminkan fundamentalnya.
Terkait rencana ini, perseroan akan meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), yang sedianya akan dilaksanakan pada 20 Februari 2015.
Rencana pelaksanaan reverse stock ini merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban perseroan untuk melunasi fasilitas pinjaman modal kerja dari Merril Lynch (Asia Pasific) Limited dan Orchard Centar Master Limited (MLOR).
Sekadar informasi, perseroan pada September 2011 mendapat fasilitas pinjaman sebesar USD50 juta dan MLOR. Dari jumlah itu, perseroan telah menggunakan sebesar USD30 juta.
Pada 2012, perseroan menangguhkan pembayaran pokok dan bunga dan berdasarkan sura dari facility agent tertanggal 12 Juli tahun yang sama, perseroan dinyatakan gagal bayar (default) dan diwajibkan melunasi seluruh utangnya kepada MLOR.
Akibat status default tersebut ruang gerak perseroan untuk tumbuh dan mencari sumber pendanaan baru makin sempit. Hal ini sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis dan mengancam kelangsungan usaha.
Karena itu, perseroan selama dua tahun terakhir berusaha melakukan restrukturisasi utang dengan MLOR. Berdasarkan kesepakatan dengan MLOR, selain melakukan reverse stock, perseroan juga menyelesaikan sebagian utang MLOR sebesar USD30 juta dengan eksekusi jaminan sebanyak 5,8 miliar lembar saham perseroan yang dijaminkan.
Perseroan juga akan menerbitkan saham biasa seri B untuk menyelelesaikan sisa utang senilai USD7,8 juta.
Artinya, setiap delapan lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar akan mengalami perubahan menjadi satu saham dengan nilai nominal Rp800 per lembar saham.
Dalam keterangan perseroan yang dipublikasikan pada Selasa (13/1/2015) disebutkan bahwa manajemen memastikan tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan terhadap jumlah modal ditempatkan dan distor penuh maupun modal dasar.
Kendati demikian, akan mengubah struktur kepemilikan bila ada saham-saham odd lot yang dibeli oleh pembeli siaga.
Reverse stock dapat mempengaruhi volume perdagangan saham perseroan. Dengan menurunnya jumlah saham beredar seiring dengan meningkatnya harga saham per lembar akan berpotensi menurunnya volume perdagangan hari.
Namun, reverse stock akan memungkinkan restrukturiasi utang berjalan baik, sehingga posisi keuangan perusahaan menjadi lebih sehat. Di samping itu, memungkinkan saham perseroan dapat diperdagangkan kembali dengan harga lebih wajar dan mencerminkan fundamentalnya.
Terkait rencana ini, perseroan akan meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), yang sedianya akan dilaksanakan pada 20 Februari 2015.
Rencana pelaksanaan reverse stock ini merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban perseroan untuk melunasi fasilitas pinjaman modal kerja dari Merril Lynch (Asia Pasific) Limited dan Orchard Centar Master Limited (MLOR).
Sekadar informasi, perseroan pada September 2011 mendapat fasilitas pinjaman sebesar USD50 juta dan MLOR. Dari jumlah itu, perseroan telah menggunakan sebesar USD30 juta.
Pada 2012, perseroan menangguhkan pembayaran pokok dan bunga dan berdasarkan sura dari facility agent tertanggal 12 Juli tahun yang sama, perseroan dinyatakan gagal bayar (default) dan diwajibkan melunasi seluruh utangnya kepada MLOR.
Akibat status default tersebut ruang gerak perseroan untuk tumbuh dan mencari sumber pendanaan baru makin sempit. Hal ini sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis dan mengancam kelangsungan usaha.
Karena itu, perseroan selama dua tahun terakhir berusaha melakukan restrukturisasi utang dengan MLOR. Berdasarkan kesepakatan dengan MLOR, selain melakukan reverse stock, perseroan juga menyelesaikan sebagian utang MLOR sebesar USD30 juta dengan eksekusi jaminan sebanyak 5,8 miliar lembar saham perseroan yang dijaminkan.
Perseroan juga akan menerbitkan saham biasa seri B untuk menyelelesaikan sisa utang senilai USD7,8 juta.
(rna)