Reformasi Jokowi Diklaim Mampu Bikin Ekonomi RI 5,6%
A
A
A
JAKARTA - Gebrakan reformasi sisi domestik yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) diklaim mampu membuat ekonomi Indonesia mencapai 5,6% pada 2015.
Presiden Bank Pembangunan Asia atau Asian Developmet Bank (ADB) Takehiko Nakao memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 bisa mencapai 5,6%, dengan catatan pemerintahan Jokowi meneruskan gebrakannya.
"Kita berharap adanya pertumbuhan 5,6% pada 2015, tapi ini tergantung dari kinerja ekonomi yang baik, ini juga tergantung dari upaya pemerintah," ujarnya seperti dalam rilis di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Nakao memuji fokus pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi, mengelola inflasi, serta mendorong peningkatan devisa.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi untuk mencapai pertumbuhan tersebut. Potensi tersebut antara lain di bidang agraria dan potensi investasi langsung.
Terlebih, lanjut dia, biaya upah di China yang mengalami kenaikan menjadi keuntungan tersendiri untuk Indonesia. Sebab, Indonesia menjadi pilihan untuk melakukan investasi lantaran upah masih terbilang murah.
"Kami percaya pertumbuhan ekonomi akan tergantung dari upaya reformasi pemerintah, dan awal tahun pemerintah punya kesempatan yang baik. Banyak investasi yang tertarik, banyak portofolio, kira-kira 2015 tergantung dari agenda pemerintah," pungkas dia.
Presiden Bank Pembangunan Asia atau Asian Developmet Bank (ADB) Takehiko Nakao memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 bisa mencapai 5,6%, dengan catatan pemerintahan Jokowi meneruskan gebrakannya.
"Kita berharap adanya pertumbuhan 5,6% pada 2015, tapi ini tergantung dari kinerja ekonomi yang baik, ini juga tergantung dari upaya pemerintah," ujarnya seperti dalam rilis di Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Nakao memuji fokus pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi, mengelola inflasi, serta mendorong peningkatan devisa.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi untuk mencapai pertumbuhan tersebut. Potensi tersebut antara lain di bidang agraria dan potensi investasi langsung.
Terlebih, lanjut dia, biaya upah di China yang mengalami kenaikan menjadi keuntungan tersendiri untuk Indonesia. Sebab, Indonesia menjadi pilihan untuk melakukan investasi lantaran upah masih terbilang murah.
"Kami percaya pertumbuhan ekonomi akan tergantung dari upaya reformasi pemerintah, dan awal tahun pemerintah punya kesempatan yang baik. Banyak investasi yang tertarik, banyak portofolio, kira-kira 2015 tergantung dari agenda pemerintah," pungkas dia.
(izz)