Properti Daerah Dipadati Hunian
A
A
A
Bergairahnya pasar properti di sejumlah daerah di Indonesia dilatarbelakangi kebutuhan akan hunian yang semakin meningkat. Hingga saat ini, hunian memang masih memadati properti di beberapa daerah.
Menurut Sekretaris PT Wika Realty Wijanarko Yuwono, kebutuhan akan hunian di sejumlah daerah di Indonesia masih terus tumbuh secara signifikan. Hal itu karena kebutuhan masyarakat terhadap rumah masih sangat tinggi. “Hunian yang ditawarkan di sejumlah daerah, di antaranya landed house atau rumah tapak bila lokasinya di pinggiran kota. Tapi, jika sudah memasuki tengah kota, cenderung didominasi hunian vertikal,” kata pengamat properti Savills PCI, Anton Sitorus.
Meski begitu, Wijanarko menambahkan, penyerapan hunian yang ada di sejumlah daerah lebih banyak pada kebutuhan rumah tapak, terutama rumah tapak sederhana. Kota-kota besar di Tanah Air yang kini menjadi sasaran empuk para developer nasional adalah kota yang ada di Pulau Sulawesi dan Pulau Kalimantan, seperti Makassar, Manado, Pontianak, dan Balikpapan.
Termasuk Pekanbaru dan Palembang yang terletak di Pulau Sumatera pun kian dilirik para developer. “Bisa dilihat bahwa daerah atau kota-kota tersebut sudah banyak digarap pengembang besar Indonesia,” sebut Anton. Contohnya Ciputra Group melalui PT Ciputra Development Tbk (CTRA) telah merilis sejumlah proyek perumahan baru di enam kota di seluruh Indonesia, yakni Samarinda, Banjarmasin, Pontianak, Pekanbaru, Gorontalo, dan Palu.
Proyek tersebut seluruhnya merupakan perumahan dengan luas area sekitar 40 hektare hingga 400 hektare. Pembangunan yang telah dimulai sejak pertengahan tahun lalu itu menelan dana investasi mulai Rp50 miliar hingga Rp100 miliar per proyek. Sementara, Sinarmas Land Group sudah merambah 20 kota di seluruh Indonesia, di antaranya Makassar, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Manado, Medan, dan Pekanbaru.
Salah satu proyeknya adalah Grand City Balikpapan, Kalimantan Timur. Tidak mau kalah dengan dua pengembang raksasa tersebut, Lippo Group juga mengembangkan St Moritz Manado di kawasan Kairagi dan eks Blue Banter yang berada di kawasan pusat kota, tepatnya di Jalan Boulevard. Keduanya berkonsepkan mixed use development yang terdiri atas apartemen, pusat belanja, dan rumah sakit.
Bahkan, untuk proyek St Moritz Manado ini, Lippo Group telah menggelontorkan dana investasi kurang lebih Rp1,8 triliun. Dana yang tidak sedikit tersebut tak segan digelontorkan oleh pihak Lippo lantaran Manado dinilai memiliki potensi besar yang belum dikembangkan secara maksimal. Apalagi sejumlah kota besar yang sudah disebutkan tadi menyimpan “nilai” cukup tinggi.
Pasalnya, harga tanah di kota-kota tersebut kini sudah mulai meningkat. Penyebabnya, Anton menjabarkan, karena perkembangan kota itu sendiri, populasi penduduk yang semakin meningkat, ramainya proyek baru, dan spekulasi tinggi sehingga memicu kenaikan harga tanah. Meski begitu, harga yang ditawarkan cukup bervariasi dan Kota Makassar kini dianggap memiliki nilai yang lebih tinggi.
Rehdian khartika
Menurut Sekretaris PT Wika Realty Wijanarko Yuwono, kebutuhan akan hunian di sejumlah daerah di Indonesia masih terus tumbuh secara signifikan. Hal itu karena kebutuhan masyarakat terhadap rumah masih sangat tinggi. “Hunian yang ditawarkan di sejumlah daerah, di antaranya landed house atau rumah tapak bila lokasinya di pinggiran kota. Tapi, jika sudah memasuki tengah kota, cenderung didominasi hunian vertikal,” kata pengamat properti Savills PCI, Anton Sitorus.
Meski begitu, Wijanarko menambahkan, penyerapan hunian yang ada di sejumlah daerah lebih banyak pada kebutuhan rumah tapak, terutama rumah tapak sederhana. Kota-kota besar di Tanah Air yang kini menjadi sasaran empuk para developer nasional adalah kota yang ada di Pulau Sulawesi dan Pulau Kalimantan, seperti Makassar, Manado, Pontianak, dan Balikpapan.
Termasuk Pekanbaru dan Palembang yang terletak di Pulau Sumatera pun kian dilirik para developer. “Bisa dilihat bahwa daerah atau kota-kota tersebut sudah banyak digarap pengembang besar Indonesia,” sebut Anton. Contohnya Ciputra Group melalui PT Ciputra Development Tbk (CTRA) telah merilis sejumlah proyek perumahan baru di enam kota di seluruh Indonesia, yakni Samarinda, Banjarmasin, Pontianak, Pekanbaru, Gorontalo, dan Palu.
Proyek tersebut seluruhnya merupakan perumahan dengan luas area sekitar 40 hektare hingga 400 hektare. Pembangunan yang telah dimulai sejak pertengahan tahun lalu itu menelan dana investasi mulai Rp50 miliar hingga Rp100 miliar per proyek. Sementara, Sinarmas Land Group sudah merambah 20 kota di seluruh Indonesia, di antaranya Makassar, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Manado, Medan, dan Pekanbaru.
Salah satu proyeknya adalah Grand City Balikpapan, Kalimantan Timur. Tidak mau kalah dengan dua pengembang raksasa tersebut, Lippo Group juga mengembangkan St Moritz Manado di kawasan Kairagi dan eks Blue Banter yang berada di kawasan pusat kota, tepatnya di Jalan Boulevard. Keduanya berkonsepkan mixed use development yang terdiri atas apartemen, pusat belanja, dan rumah sakit.
Bahkan, untuk proyek St Moritz Manado ini, Lippo Group telah menggelontorkan dana investasi kurang lebih Rp1,8 triliun. Dana yang tidak sedikit tersebut tak segan digelontorkan oleh pihak Lippo lantaran Manado dinilai memiliki potensi besar yang belum dikembangkan secara maksimal. Apalagi sejumlah kota besar yang sudah disebutkan tadi menyimpan “nilai” cukup tinggi.
Pasalnya, harga tanah di kota-kota tersebut kini sudah mulai meningkat. Penyebabnya, Anton menjabarkan, karena perkembangan kota itu sendiri, populasi penduduk yang semakin meningkat, ramainya proyek baru, dan spekulasi tinggi sehingga memicu kenaikan harga tanah. Meski begitu, harga yang ditawarkan cukup bervariasi dan Kota Makassar kini dianggap memiliki nilai yang lebih tinggi.
Rehdian khartika
(bbg)