Tanggapan DEN soal Polemik Harga Minyak Dunia
A
A
A
JAKARTA - Beberapa waktu lalu, Pangeran Arab Alwaleed bin Talal sempat mengatakan bahwa harga minyak dunia akan turun sampai beberapa tahun ke depan, bahkan mustahil kembali di angka USD100 per barel.
Menanggapi hal ini, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Andang Bachtiar mengatakan, faktor dasar karena pertempuran Sheik (Arab Saudi) dan Shale (Amerika Serikat).
"Kalau Shale, pemainnya bukan major, bukan Chevron/British Petrolium. Jauh yang lebih banyak main itu perusahaan kecil-kecil di AS. Presentase independent dan major 6-7 tahun lalu adalah 60:40. Sedangkan di Texas perbandingannya 70:30. Kalau independent pegawainya 3/4 orang. Kalau harga turun ya sudah mereka tinggal efisiensi lebih cepat," ujarnya di Kantor DEN, Jakarta, Rabu (14/1/2015).
Menurutnya, ini yang menyebabkan pangeran Arab Saudi berkata demikian. Karena, yang dihadapi bukan perusahaan besar tapi puluhan perusahaan independent yang tidak perlu dirundingkan.
"Komentar pangeran Arab itu make sense. Maka kita harus melakukan sesuatu. Tapi rebound tiba-tiba bisa saja terjadi. Misalnya Rusia dan Arab tiba-tiba narik minyak di dunia. Itu yang senang malah shale oil," tandas Andang.
Menanggapi hal ini, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Andang Bachtiar mengatakan, faktor dasar karena pertempuran Sheik (Arab Saudi) dan Shale (Amerika Serikat).
"Kalau Shale, pemainnya bukan major, bukan Chevron/British Petrolium. Jauh yang lebih banyak main itu perusahaan kecil-kecil di AS. Presentase independent dan major 6-7 tahun lalu adalah 60:40. Sedangkan di Texas perbandingannya 70:30. Kalau independent pegawainya 3/4 orang. Kalau harga turun ya sudah mereka tinggal efisiensi lebih cepat," ujarnya di Kantor DEN, Jakarta, Rabu (14/1/2015).
Menurutnya, ini yang menyebabkan pangeran Arab Saudi berkata demikian. Karena, yang dihadapi bukan perusahaan besar tapi puluhan perusahaan independent yang tidak perlu dirundingkan.
"Komentar pangeran Arab itu make sense. Maka kita harus melakukan sesuatu. Tapi rebound tiba-tiba bisa saja terjadi. Misalnya Rusia dan Arab tiba-tiba narik minyak di dunia. Itu yang senang malah shale oil," tandas Andang.
(izz)