RI Berpeluang Jadi Pemain Utama Industri Kertas Dunia
A
A
A
PEKANBARU - Sustainability Director PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Petrus Gunarso mengatakan, Indonesia selayaknya bisa menjadi pemaim utama untuk industri berbasis kayu tanaman sebab memiliki iklim yang sangat mendukung untuk pohon tumbuh dengan sangat cepat.
Di Indonesia, pohon akasia dan ekaliptus bisa dipanen hanya dalam waktu lima tahun, sementara di negara tropis yang menjadi pesaing, pohon baru bisa dipanen setelah 40-50 tahun.
"Indonesia juga secara geografis unggul karena dekat dengan pasar yang terus tumbuh," kata dia dalam rilisnya, Minggu (25/1/2015).
Hal ini juga didorong dengan ketersediaan lahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai hutan tanaman industri.
Saat ini dari sekitar 74 juta hektare (ha) kawasan hutan yang dialokasikan sebagai hutan produksi, baru sekitar 34 juta ha yang dibebani izin pengelolaan.
"Berarti ada potensi 40 juta hektare yang belum ada pengelolanya. Jika dikelola menjadi hutan tanaman jelas lebih baik," katanya
Menurut dia, hutan tanaman bisa menjadi sumber bahan baku untuk industri kehutanan, termasuk bubur kayu (pulp) dan kertas. Indonesia mengekspor pulp dan kertas sekitar USD6 miliar setiap tahunnya.
Permintaan pulp dan kertas juga menunjukan peningkatan, terutama di China, Asia, Afrika dan dalam negeri, meski secara global menurun.
Selain berkontribusi besar terhadap devisa, pengembangan hutan tanaman bersama industri pulp dan kertas juga membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat. RAPP, kata Petrus, memperkerjakan tak kurang dari 6.800 tenaga kerja langsung dan lebih dari 90.000 tenaga kerja tidak langsung.
RAPP yang merupakan grup APRIL memproduksi sekitar 2,6 juta ton bubur kayu dan 820.000 ton kertas setiap tahun. Sumber bahan baku berasal dari konsesi hutan tanaman yang secara mandiri dikelola dan perusahaan mitra yang menjadi pemasok jangka panjang dengan luas 480 ribu ha.
Di Indonesia, pohon akasia dan ekaliptus bisa dipanen hanya dalam waktu lima tahun, sementara di negara tropis yang menjadi pesaing, pohon baru bisa dipanen setelah 40-50 tahun.
"Indonesia juga secara geografis unggul karena dekat dengan pasar yang terus tumbuh," kata dia dalam rilisnya, Minggu (25/1/2015).
Hal ini juga didorong dengan ketersediaan lahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai hutan tanaman industri.
Saat ini dari sekitar 74 juta hektare (ha) kawasan hutan yang dialokasikan sebagai hutan produksi, baru sekitar 34 juta ha yang dibebani izin pengelolaan.
"Berarti ada potensi 40 juta hektare yang belum ada pengelolanya. Jika dikelola menjadi hutan tanaman jelas lebih baik," katanya
Menurut dia, hutan tanaman bisa menjadi sumber bahan baku untuk industri kehutanan, termasuk bubur kayu (pulp) dan kertas. Indonesia mengekspor pulp dan kertas sekitar USD6 miliar setiap tahunnya.
Permintaan pulp dan kertas juga menunjukan peningkatan, terutama di China, Asia, Afrika dan dalam negeri, meski secara global menurun.
Selain berkontribusi besar terhadap devisa, pengembangan hutan tanaman bersama industri pulp dan kertas juga membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat. RAPP, kata Petrus, memperkerjakan tak kurang dari 6.800 tenaga kerja langsung dan lebih dari 90.000 tenaga kerja tidak langsung.
RAPP yang merupakan grup APRIL memproduksi sekitar 2,6 juta ton bubur kayu dan 820.000 ton kertas setiap tahun. Sumber bahan baku berasal dari konsesi hutan tanaman yang secara mandiri dikelola dan perusahaan mitra yang menjadi pemasok jangka panjang dengan luas 480 ribu ha.
(rna)