OJK Pastikan Suku Bunga Kredit Turun Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mengambil langkah cepat untuk menjaga agar suku bunga bank tidak terus melambung.
Apalagi, sebelumnya telah mengambil kebijakan dengan memasang batas atas maksimal bunga deposito (capping). Namun, tahun ini OJK memastikan seluruh suku bunga termasuk kredit dipastikan turun dari tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan pada akhir tahun seluruh bank diminta untuk mencantumkan rencana penurunan suku bunga kredit di rencana bisnis bank (RBB).
Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan, Nelson Tampubolon mengatakan, tahun lalu segera dilakukan pembatasan suku bunga, agar bank tidak saling bersaing.
Tahun ini dengan adanya pembatasan dan permintaan untuk menurunkan suku bunga kredit diharapkan geliat penyaluran kredit di perbankan dapat terus tumbuh.
"Dengan adanya kebijakan tersebut dipastikan sejumlah bank akan lebih kompetitif dalam menyesuaikan suku bunga kredit mereka, sehingga penyalurannya ke masyarakat bisa semakin besar," katanya, Jumat (30/1/2015).
Dia menjelaskan, beberapa indikator yang mampu memengaruhi tingkat suku bunga bank turun, di antaranya besarnya spare atau simpanan dana pemerintah dikarenakan subsidi BBM tahun lalu.
Nelson menuturkan, tahun lalu diatur agar penetapan suku bunga tidak boleh lebih dari 2,0 basis poin kenaikannya. Apalagi rata-rata suku bunga kredit yang ditawarkan bank sangat bersaing.
Manurutnya, hal tersebut berkaitan dengan target pertumbuhan kredit bank di atas 20%.
"Banyak bank menargetkan pertumbuhan kreditnya di atas 20%, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) jauh di bawah itu dikisaran 14%-15%. Kalau kondisi kredit di atas 20% dipastikan jadi rebutan, maka bank mengimbangi pertumbuhan DPK-nya dengan mend-riving dana," tutur dia.
Kendati memastikan suku bunga kredit turun, namun Nelson belum mampu memberikan gambaran detail berapa persen basis poin penurunan suku bunga yang bisa terjadi dengan kondisi likuiditas yang saat ini terbilang aman.
"Suku bunga yang jauh lebih kompetitif itu bagus untuk memicu dunia usaha dan industri. Jadi sudah harus dipikirkan penyesuaiannya, apalagi BBM sudah dua kali turun," katanya.
Nelson memaparkan, tahun ini hampir seluruh bank mematok target penyaluran kredit produktif besar, sehingga efektivitas besaran suku bunga sangat diperlukan untuk mendorong sektor perekonomian.
Hanya saja Nelson tak menampik, ada faktor eksternal untuk perekonomian global, sebab dipastikan suku bunga Amerika akan naik tahun ini, namun waktunya belum ditentukan.
Pihaknya berharap bank-bank siap dan harus melakukan berbagai persiapan termasuk rencana bisnis tahun ini.
Sementara itu, Kepala OJK Sulampua Bambang Kiswono mengungkapkan, untuk menjaga agar geliat perbankan terus berjalan dengan baik, maka akan digenjot sejumlah program yang arahnya melakukan stabilitasi keuangan.
"Kami akan menggenjot program yang bekerja sama sejumlah lembaga finansial demi menunjang perekonomian di daerah ini, seperti membuka akses kemudahan ke sejumlah nelayan untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan," pungkas Bambang.
Apalagi, sebelumnya telah mengambil kebijakan dengan memasang batas atas maksimal bunga deposito (capping). Namun, tahun ini OJK memastikan seluruh suku bunga termasuk kredit dipastikan turun dari tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan pada akhir tahun seluruh bank diminta untuk mencantumkan rencana penurunan suku bunga kredit di rencana bisnis bank (RBB).
Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan, Nelson Tampubolon mengatakan, tahun lalu segera dilakukan pembatasan suku bunga, agar bank tidak saling bersaing.
Tahun ini dengan adanya pembatasan dan permintaan untuk menurunkan suku bunga kredit diharapkan geliat penyaluran kredit di perbankan dapat terus tumbuh.
"Dengan adanya kebijakan tersebut dipastikan sejumlah bank akan lebih kompetitif dalam menyesuaikan suku bunga kredit mereka, sehingga penyalurannya ke masyarakat bisa semakin besar," katanya, Jumat (30/1/2015).
Dia menjelaskan, beberapa indikator yang mampu memengaruhi tingkat suku bunga bank turun, di antaranya besarnya spare atau simpanan dana pemerintah dikarenakan subsidi BBM tahun lalu.
Nelson menuturkan, tahun lalu diatur agar penetapan suku bunga tidak boleh lebih dari 2,0 basis poin kenaikannya. Apalagi rata-rata suku bunga kredit yang ditawarkan bank sangat bersaing.
Manurutnya, hal tersebut berkaitan dengan target pertumbuhan kredit bank di atas 20%.
"Banyak bank menargetkan pertumbuhan kreditnya di atas 20%, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) jauh di bawah itu dikisaran 14%-15%. Kalau kondisi kredit di atas 20% dipastikan jadi rebutan, maka bank mengimbangi pertumbuhan DPK-nya dengan mend-riving dana," tutur dia.
Kendati memastikan suku bunga kredit turun, namun Nelson belum mampu memberikan gambaran detail berapa persen basis poin penurunan suku bunga yang bisa terjadi dengan kondisi likuiditas yang saat ini terbilang aman.
"Suku bunga yang jauh lebih kompetitif itu bagus untuk memicu dunia usaha dan industri. Jadi sudah harus dipikirkan penyesuaiannya, apalagi BBM sudah dua kali turun," katanya.
Nelson memaparkan, tahun ini hampir seluruh bank mematok target penyaluran kredit produktif besar, sehingga efektivitas besaran suku bunga sangat diperlukan untuk mendorong sektor perekonomian.
Hanya saja Nelson tak menampik, ada faktor eksternal untuk perekonomian global, sebab dipastikan suku bunga Amerika akan naik tahun ini, namun waktunya belum ditentukan.
Pihaknya berharap bank-bank siap dan harus melakukan berbagai persiapan termasuk rencana bisnis tahun ini.
Sementara itu, Kepala OJK Sulampua Bambang Kiswono mengungkapkan, untuk menjaga agar geliat perbankan terus berjalan dengan baik, maka akan digenjot sejumlah program yang arahnya melakukan stabilitasi keuangan.
"Kami akan menggenjot program yang bekerja sama sejumlah lembaga finansial demi menunjang perekonomian di daerah ini, seperti membuka akses kemudahan ke sejumlah nelayan untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan," pungkas Bambang.
(izz)