BI Gelontorkan Rp3,5 T/Tahun untuk Cetak Uang
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menggelontorkan rata-rata Rp3,5 triliun untuk mencetak uang setiap tahun. Biaya tersebut akan menghasilkan 7,9-8,3 miliar lembar uang untuk semua nominal.
"Dalam satu tahun, mencetak uang dan mendistribusikan biayanya Rp3,5 triliun. Tahun lalu sekitar Rp3 triliun. Ini akan menghasilkan 7,9-8,3 miliar lembar," kata Direktur Pengedaran Uang BI Eko Yulianto di Gedung BI, Jakarta, Rabu (3/2/2015).
Menurutnya, biaya cetak per masing-masing nominal berbeda-beda. Termahal untuk uang nominal Rp100 ribu. Sementara, biaya cetak uang logam relatif lebih murah sekitar Rp1.000 per lembar.
Eko mengatakan, biaya cetak Rp3,5 triliun bukan termasuk kerugian yang ditanggung BI, lantaran sudah dianggarkan. Biaya ini juga menyangkut biaya bahan, dan distribusi uang tersebut. Sehingga ketika dimusnahkan uang rusak tadi bukan merupakan aset.
Pihaknya juga tidak pernah mengenakan biaya apapun untuk penukaran uang-uang yang rusak. Jika uang rusak dan memenuhi kriteria, maka akan diganti tanpa biaya.
"Uang itu merupakan hutang BI kepada pemegang uang, jadi ketika kembali ke BI tidak ada nilainya lagi," papar dia.
"Dalam satu tahun, mencetak uang dan mendistribusikan biayanya Rp3,5 triliun. Tahun lalu sekitar Rp3 triliun. Ini akan menghasilkan 7,9-8,3 miliar lembar," kata Direktur Pengedaran Uang BI Eko Yulianto di Gedung BI, Jakarta, Rabu (3/2/2015).
Menurutnya, biaya cetak per masing-masing nominal berbeda-beda. Termahal untuk uang nominal Rp100 ribu. Sementara, biaya cetak uang logam relatif lebih murah sekitar Rp1.000 per lembar.
Eko mengatakan, biaya cetak Rp3,5 triliun bukan termasuk kerugian yang ditanggung BI, lantaran sudah dianggarkan. Biaya ini juga menyangkut biaya bahan, dan distribusi uang tersebut. Sehingga ketika dimusnahkan uang rusak tadi bukan merupakan aset.
Pihaknya juga tidak pernah mengenakan biaya apapun untuk penukaran uang-uang yang rusak. Jika uang rusak dan memenuhi kriteria, maka akan diganti tanpa biaya.
"Uang itu merupakan hutang BI kepada pemegang uang, jadi ketika kembali ke BI tidak ada nilainya lagi," papar dia.
(izz)