Asosiasi: Peredaran Baju Bekas Impor Sampai Papua
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengungkapkan bahwa sampai sekarang peredaran baju bekas impor sudah mencakup seluruh kawasan Indonesia.
Ngadiran menyebutkan bahwa peredaran baju bekas ini tidak hanya berada di sekitaran kota besar saja, melainkan sudah masuk ke pelosok daerah hingga Papua.
"Peredaran tidak cuma di Jakarta, pusatnya di Medan benar. Melalui daerah pelabuhan, lewat pelabuhan. Distribusi kebanyakan lewat kapal laut. Sudah hampir ke seluruh Jawa, ke Indonesia Timur juga, pasar-pasar di kampung juga sudah masuk," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (7/2/2015).
Selain itu, wilayah Kalimantan dan Papua pun sudah dijangkau oleh para pelaku penyelundup baju bekas tersebut.
"Baru dapat info ada lewat Surabaya kirim ke sana (Kalimantan). Untuk daerah perkebunan lewat sana, kan pakaian mahal. Buat pekerja kebun, dikirim dari Jakarta dan Surabaya. Ada saja yang menyelundupkan, siapa yang mau awasi kardus-kardus berisi pakaian?" jelasnya.
Sementara, pengiriman baju bekas ke Papua, menurutnya, justru dibutuhkan lantaran di daerah tersebut sangat membutuhkan baju dengan harga murah.
"Harganya murah dibanding baju baru dari lokal, (mereka) tetap milih yang bekas. Penjualan dilakukan secara karungan. Ada kualitas dari yang bagus, yang jelek," tuturnya.
Menurut dia, peredaran baju bekas impor selama ini merugikan industri tekstil nasional lantaran baju bekas ilegal tersebut harganya lebih murah.
Ngadiran menyebutkan bahwa peredaran baju bekas ini tidak hanya berada di sekitaran kota besar saja, melainkan sudah masuk ke pelosok daerah hingga Papua.
"Peredaran tidak cuma di Jakarta, pusatnya di Medan benar. Melalui daerah pelabuhan, lewat pelabuhan. Distribusi kebanyakan lewat kapal laut. Sudah hampir ke seluruh Jawa, ke Indonesia Timur juga, pasar-pasar di kampung juga sudah masuk," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (7/2/2015).
Selain itu, wilayah Kalimantan dan Papua pun sudah dijangkau oleh para pelaku penyelundup baju bekas tersebut.
"Baru dapat info ada lewat Surabaya kirim ke sana (Kalimantan). Untuk daerah perkebunan lewat sana, kan pakaian mahal. Buat pekerja kebun, dikirim dari Jakarta dan Surabaya. Ada saja yang menyelundupkan, siapa yang mau awasi kardus-kardus berisi pakaian?" jelasnya.
Sementara, pengiriman baju bekas ke Papua, menurutnya, justru dibutuhkan lantaran di daerah tersebut sangat membutuhkan baju dengan harga murah.
"Harganya murah dibanding baju baru dari lokal, (mereka) tetap milih yang bekas. Penjualan dilakukan secara karungan. Ada kualitas dari yang bagus, yang jelek," tuturnya.
Menurut dia, peredaran baju bekas impor selama ini merugikan industri tekstil nasional lantaran baju bekas ilegal tersebut harganya lebih murah.
(rna)