Bulog Diminta Intervensi Stabilkan Harga Beras
A
A
A
JAKARTA - Peran Perum Bulog dalam menjalankan operasi pasar (OP) maupun operasi pasar khusus (OPK) sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.
Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Nellys Soekidi mengatakan, OP yang ditujukan bagi masyarakat umum dan pedagang, maupun OPK untuk program beras miskin (raskin) tidak hanya menjamin ketersediaan beras, namun juga menstabilkan harga pada saat musim penghujan dan transisi seperti saat ini.
“Tanpa intervensi Bulog melalui OP misalnya, sudah pasti harga beras tidak terkendali,” kata dia, yang juga pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (7/2/2015).
Kalaupun saat ini terdapat sedikit kenaikan harga, menurut Nellys masih dalam kondisi wajar. Kondisi tersebut, kata dia, setidaknya akan berlangsung hingga Maret 2015 ketika tiba musim panen raya.
Saat ini, harga beras grosir di PIBC untuk jenis IR3 berkisar antara Rp8.800-Rp8.900/kilogram (kg). Sedangkan IR2 antara Rp9.200-Rp9.300/kg, IR1 antara Rp9.400-Rp9.500/kg, dan IR Super di atas Rp9.600/kg.
"Untuk komoditas beras tidak ada patokan harga normal, yang penting itu tadi, masih tetap terkendalinya stabilitas harga karena jika harga tidak stabil, bukan hanya masyarakat yang menjerit, namun juga pedagang dan petani," paparnya.
Pedagang sendiri, menurut dia, tidak senang jika harga tinggi. Selain menambah beban modal juga menghadapi risiko kerugian yang tidak sedikit. Kerugian bisa terjadi, ketika tiba-tiba harga turun secara drastis.
“Namun syukurlah selama ini Bulog selalu melakukan intervensi, sehingga dalam kondisi apapun harga tetap stabil,” katanya.
Peran Bulog tersebut, menurut Nellys, tidak hanya pada saat musim transisi. Ketika musim panen raya, Bulog juga berperan melakukan pengadaan, yakni membeli langsung kepada petani, sehingga petani tidak dirugikan karena harga jualnya tidak anjlok.
“Jadi yang terpenting memang keseimbangan antara produsen, konsumen, dan pelaku usaha. Tanpa peran tersebut, harga bisa saja suatu saat melambung terlalu tinggi, namun pada saat yang lain juga anjlok terlalu rendah. Kondisi demikian sangat merugikan semua pihak,” tutur dia.
Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Nellys Soekidi mengatakan, OP yang ditujukan bagi masyarakat umum dan pedagang, maupun OPK untuk program beras miskin (raskin) tidak hanya menjamin ketersediaan beras, namun juga menstabilkan harga pada saat musim penghujan dan transisi seperti saat ini.
“Tanpa intervensi Bulog melalui OP misalnya, sudah pasti harga beras tidak terkendali,” kata dia, yang juga pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (7/2/2015).
Kalaupun saat ini terdapat sedikit kenaikan harga, menurut Nellys masih dalam kondisi wajar. Kondisi tersebut, kata dia, setidaknya akan berlangsung hingga Maret 2015 ketika tiba musim panen raya.
Saat ini, harga beras grosir di PIBC untuk jenis IR3 berkisar antara Rp8.800-Rp8.900/kilogram (kg). Sedangkan IR2 antara Rp9.200-Rp9.300/kg, IR1 antara Rp9.400-Rp9.500/kg, dan IR Super di atas Rp9.600/kg.
"Untuk komoditas beras tidak ada patokan harga normal, yang penting itu tadi, masih tetap terkendalinya stabilitas harga karena jika harga tidak stabil, bukan hanya masyarakat yang menjerit, namun juga pedagang dan petani," paparnya.
Pedagang sendiri, menurut dia, tidak senang jika harga tinggi. Selain menambah beban modal juga menghadapi risiko kerugian yang tidak sedikit. Kerugian bisa terjadi, ketika tiba-tiba harga turun secara drastis.
“Namun syukurlah selama ini Bulog selalu melakukan intervensi, sehingga dalam kondisi apapun harga tetap stabil,” katanya.
Peran Bulog tersebut, menurut Nellys, tidak hanya pada saat musim transisi. Ketika musim panen raya, Bulog juga berperan melakukan pengadaan, yakni membeli langsung kepada petani, sehingga petani tidak dirugikan karena harga jualnya tidak anjlok.
“Jadi yang terpenting memang keseimbangan antara produsen, konsumen, dan pelaku usaha. Tanpa peran tersebut, harga bisa saja suatu saat melambung terlalu tinggi, namun pada saat yang lain juga anjlok terlalu rendah. Kondisi demikian sangat merugikan semua pihak,” tutur dia.
(rna)