Subsidi Dicabut, Impor Premium Bisa Turun 50%
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, impor bahan bakar minyak (BBM) jenis premium akan turun menjadi 40% hingga 50% pada 2015.
Hal itu didukung pencabutan subsidi untuk premium yang dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pembinaan Usaha Hilir Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Muhammad Rizwi mengatakan, sejak Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014 diterbitkan maka premium masuk dalam kategori BBM jenis penugasan dan umum.
"Untuk 2015, dengan adanya kebijakan pemerintah untuk tidak subsidi BBM premium, kecenderungannya impor premium akan turun. Kita harapkan 40%-50%," ujar Rizwi di Jakarta, Senin (9/2/2015).
Dia menambahkan, realisasi impor premium pada 2014 lalu melebihi target yang mencapai 60%. Padahal, target impor premium tahun lalu hanya 36%.
"Kalau 2014 memang ada perbedaan dari perencanaan, dan realisasi dari 36% jadi 60%," pungkas dia.
Sekadar informasi, PT Pertamina (Persero) menyatakan saat ini impor BBM jenis Pertamax meningkat menjadi 2 juta kiloliter (kl) per bulan, sementara impor premium menurun 1 juta kl per bulan.
Penurunan impor premium tersebut disebabkan menurunnya konsumsi BBM jenis tersebut. Awalnya, rata-rata impor 10 juta barel per bulan menjadi 9 juta barel per bulan.
Hal itu didukung pencabutan subsidi untuk premium yang dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pembinaan Usaha Hilir Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Muhammad Rizwi mengatakan, sejak Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014 diterbitkan maka premium masuk dalam kategori BBM jenis penugasan dan umum.
"Untuk 2015, dengan adanya kebijakan pemerintah untuk tidak subsidi BBM premium, kecenderungannya impor premium akan turun. Kita harapkan 40%-50%," ujar Rizwi di Jakarta, Senin (9/2/2015).
Dia menambahkan, realisasi impor premium pada 2014 lalu melebihi target yang mencapai 60%. Padahal, target impor premium tahun lalu hanya 36%.
"Kalau 2014 memang ada perbedaan dari perencanaan, dan realisasi dari 36% jadi 60%," pungkas dia.
Sekadar informasi, PT Pertamina (Persero) menyatakan saat ini impor BBM jenis Pertamax meningkat menjadi 2 juta kiloliter (kl) per bulan, sementara impor premium menurun 1 juta kl per bulan.
Penurunan impor premium tersebut disebabkan menurunnya konsumsi BBM jenis tersebut. Awalnya, rata-rata impor 10 juta barel per bulan menjadi 9 juta barel per bulan.
(rna)