Investasi dengan Fasilitas Liburan
A
A
A
Beberapa tahun belakangan ini, tren sejumlah pengembang properti di Indonesia sedang mengarah ke kondominium hotel. Jenis apartemen yang sering disebut kondotel ini tentu berbeda dengan apartemen pribadi. Apa saja kelebihannya?
Pada dasarnya, investor yang membeli kondotel sama seperti membeli sebuah kamar hotel. Setelah dibeli dan diberikan sertifikat hak milik, investor akan menyerahkan kembali kamar tersebut kepada pihak pengelola guna dioperasikan sebagai apartemen sewaan atau kamar hotel.
Dengan demikian, kondotel tidak digunakan sebagai tempat tinggal pemiliknya. Kondotel yang memang murni ditujukan sebagai alat investasi bakal memberikan profit dengan sistem tahunan. Pendapatan tersebut akan dibagi dua, kepada pengelola manajemen sebagai penyedia fasilitas dan kepada investor sebagai pemilik.
Sebagai tambahan keuntungan, pemilik mendapatkan kesempatan berlibur beberapa malam untuk menikmati kondotel, lengkap dengan fasilitas seperti hotel bintang lima. Rentang waktu menginap bervariasi sesuai ketentuan dari pengelola. Biasanya sekitar 12 sampai 30 hari dalam setahun. Kehadiran kondotel yang sudah ada sejak 1996 memerlukan pemilihan yang tepat untuk wilayah pembangunannya.
“Potensi baiknya di kota besar dengan aktivitas perdagangan tinggi atau kota wisata,” ucap Ali Tranghanda, pengamat dari Indonesia Property Watch. Namun, lokasi tersebut tetap perlu memperhitungkan persaingan hotel yang saat ini sedang terjadi. “Sebenarnya setiap wilayah pasti memiliki karakter masingmasing untuk menjadi modal pemasaran,” jelas Artadinata Djangkar, Direktur Ciputra Group.
Tak hanya soal lokasi, pemeliharaan kondotel juga memiliki kesulitan. Khususnya bagi para pengembang properti yang perlu melakukan renovasi. “Akibat dari beragamnya pemilik kondotel, maka akan semakin banyak pula permintaan yang sulit dicapai kesepakatannya,” papar Arta. Mau tidak mau, setiap pengembang kondotel perlu menyiapkan dana besar.
Untuk menghindari segala bentuk kesulitan yang ada di sektor bisnis ini, tiap investor dan pengelola perlu kooperatif dalam menjalankannya. “Sebab, kerugian dan keuntungan pemilik sangat tergantung dari bagaimana manajemen operator hotel bekerja, supaya return yang bagus akan mudah didapat,” tutup Ali.
Rabia edra
Pada dasarnya, investor yang membeli kondotel sama seperti membeli sebuah kamar hotel. Setelah dibeli dan diberikan sertifikat hak milik, investor akan menyerahkan kembali kamar tersebut kepada pihak pengelola guna dioperasikan sebagai apartemen sewaan atau kamar hotel.
Dengan demikian, kondotel tidak digunakan sebagai tempat tinggal pemiliknya. Kondotel yang memang murni ditujukan sebagai alat investasi bakal memberikan profit dengan sistem tahunan. Pendapatan tersebut akan dibagi dua, kepada pengelola manajemen sebagai penyedia fasilitas dan kepada investor sebagai pemilik.
Sebagai tambahan keuntungan, pemilik mendapatkan kesempatan berlibur beberapa malam untuk menikmati kondotel, lengkap dengan fasilitas seperti hotel bintang lima. Rentang waktu menginap bervariasi sesuai ketentuan dari pengelola. Biasanya sekitar 12 sampai 30 hari dalam setahun. Kehadiran kondotel yang sudah ada sejak 1996 memerlukan pemilihan yang tepat untuk wilayah pembangunannya.
“Potensi baiknya di kota besar dengan aktivitas perdagangan tinggi atau kota wisata,” ucap Ali Tranghanda, pengamat dari Indonesia Property Watch. Namun, lokasi tersebut tetap perlu memperhitungkan persaingan hotel yang saat ini sedang terjadi. “Sebenarnya setiap wilayah pasti memiliki karakter masingmasing untuk menjadi modal pemasaran,” jelas Artadinata Djangkar, Direktur Ciputra Group.
Tak hanya soal lokasi, pemeliharaan kondotel juga memiliki kesulitan. Khususnya bagi para pengembang properti yang perlu melakukan renovasi. “Akibat dari beragamnya pemilik kondotel, maka akan semakin banyak pula permintaan yang sulit dicapai kesepakatannya,” papar Arta. Mau tidak mau, setiap pengembang kondotel perlu menyiapkan dana besar.
Untuk menghindari segala bentuk kesulitan yang ada di sektor bisnis ini, tiap investor dan pengelola perlu kooperatif dalam menjalankannya. “Sebab, kerugian dan keuntungan pemilik sangat tergantung dari bagaimana manajemen operator hotel bekerja, supaya return yang bagus akan mudah didapat,” tutup Ali.
Rabia edra
(bbg)