Kemenkeu Berencana Terbitkan SBN Rp424 T
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada tahun ini akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dengan nilai Rp424 triliun. Terdiri dari mata uang rupiah sebesar Rp338 triliun dan mata uang asing sebesar Rp86 triliun.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan menerangkan, dari total penerbitan SBN tersebut, ditargetkan sebanyak 84%-92% dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan 6%-8% dalam bentuk SBSN.
"Kami bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan didukung sepenuhnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berkomitmen meningkatkan kepercayaan investor melalui peningkatan transparansi dan likuiditas pasar SBN dalam negeri," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (16/2/2015).
Menurutnya, dengan rencana pemerintah bangun infrastruktur, diperlukan pembiayaan (financing) sehingga kemampuan pihaknya untuk jual SBN diperlukan secara kritikal untuk pembiayaan.
"Kalau dilihat di struktur APBN bisa juga untuk tutup defisit budget tahun ini sebesar Rp222 triliun dan model pembiayaan lainnya melalui non utang adalah penyertaan modal negara (PMN)," jelas dia.
Robert mengatakan, dengan dicatatkannya SBN di BEI, Robert yakin akan semakin menarik investor karena akan tercatat secara transparan.
"Sehingga pencatatan di BEI sangat penting supaya SBN yang kita terbitkan, tercatat, serta diekspos ke investor. Kalau kita tidak catatkan, investor yang mau beli tidak bisa lihat didaftar," jelasnya.
Sementara dalam data BEI menunjukkan dalam tiga tahun terakhir jumlah SBN yang dicatatkan terus bertambah. Sebanyak 137 seri senilai Rp209 triliun di 2012, menjadi 147 seri senilai Rp266 triliun dan USD190 juta di tahun 2013, dan menjadi 197 seri senilai Rp320 triliun dan USD350 juta tahun lalu.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan menerangkan, dari total penerbitan SBN tersebut, ditargetkan sebanyak 84%-92% dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan 6%-8% dalam bentuk SBSN.
"Kami bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan didukung sepenuhnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berkomitmen meningkatkan kepercayaan investor melalui peningkatan transparansi dan likuiditas pasar SBN dalam negeri," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (16/2/2015).
Menurutnya, dengan rencana pemerintah bangun infrastruktur, diperlukan pembiayaan (financing) sehingga kemampuan pihaknya untuk jual SBN diperlukan secara kritikal untuk pembiayaan.
"Kalau dilihat di struktur APBN bisa juga untuk tutup defisit budget tahun ini sebesar Rp222 triliun dan model pembiayaan lainnya melalui non utang adalah penyertaan modal negara (PMN)," jelas dia.
Robert mengatakan, dengan dicatatkannya SBN di BEI, Robert yakin akan semakin menarik investor karena akan tercatat secara transparan.
"Sehingga pencatatan di BEI sangat penting supaya SBN yang kita terbitkan, tercatat, serta diekspos ke investor. Kalau kita tidak catatkan, investor yang mau beli tidak bisa lihat didaftar," jelasnya.
Sementara dalam data BEI menunjukkan dalam tiga tahun terakhir jumlah SBN yang dicatatkan terus bertambah. Sebanyak 137 seri senilai Rp209 triliun di 2012, menjadi 147 seri senilai Rp266 triliun dan USD190 juta di tahun 2013, dan menjadi 197 seri senilai Rp320 triliun dan USD350 juta tahun lalu.
(izz)