Penyerapan Gas untuk Domestik Belum Optimal
A
A
A
JAKARTA - Penyerapan gas dalam bentuk LNG untuk domestik masih belum optimal karena terhambat ketersediaan infrastruktur dan belum maksimalnya penyerapan fasilitas yang sudah dibangun. Domestik seharusnya dapat mengoptimalkan penyerapan kelebihan kargo LNG.
Kabag Humas SKK Migas Rudianto Rimbono mengatakan, dari alokasi LNG sebanyak 38 kargo tahun lalu hanya terserap sekitar 94,74%. Dia mengakui ada beberapa hal yang menyebabkan alokasi tersebut tidak dapat diserap, seperti kurangnya infrastruktur dan tidak optimalnya penyerapan fasilitas penerima LNG di dalam negeri.
"Target penyerapan LNG oleh pasar domestik tahun lalu masih belum terpenuhi. Kalau melihat komitmen awal pembelian, FSRU Lampung yang seharusnya dapat menyerap lima kargo, masih belum optimal karena baru terealisasi tiga kargo. Untuk fasilitas lain, seperti Arun masih dalam proses persiapan, sedangkan Nusantara Regas sudah sesuai komitmen 100%," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (17/2/2015).
Untuk tahun ini, pemerintah dan SKK Migas mematok kenaikan jumlah kargo LNG yang dapat disalurkan ke domestik. Peningkatan tersebut setelah melihat adanya potensi peningkatan permintaan setelah Regasifikasi Arun selesai dan beroperasi dan potensi pengalihan pasokan untuk PGN yang tahun lalu belum terserap ditambahkan pada tahun ini.
"Sehingga kami berharap infrastruktur yang sudah beroperasi tahun ini dapat mengoptimalkan alokasi yang sudah kami siapkan. Hal ini penting karena tidak optimalnya penyerapan LNG oleh pasar domestik akan berdampak pada penerimaan Negara," terangnya.
Sementara, pengamat migas Marwan Batubara mengatakan, penyerapan gas domestik yang tidak sesuai dengan komitmen tentu menyebabkan selain kehilangan potensi penerimaan negara juga potensi ekonomi yang dapat diciptakan apabila LNG dapat diserap.
Dia juga menyayangkan FSRU Lampung mengalami kerusakan hingga dua kali sehingga mengganggu penyerapan LNG. "Ini menyebabkan negara rugi dua kali. Penerimaan tidak dapat, dan di sisi lain dampak positif multiplier effect dari pasokan LNG apabila terserap dengan baik pun tidak terjadi," katanya.
Marwan juga mengusulkan, agar pemerintah tetap memberikan prioritas kepada pasar domestik untuk LNG yang tidak terserap konsumen yang sudah terkontrak. "Kalau ternyata pasar domestik memang belum mampu menyerap, baru ekspor dapat dilakukan yang tentu saja dengan syarat-syarat yang ketat," pungkasnya.
Kabag Humas SKK Migas Rudianto Rimbono mengatakan, dari alokasi LNG sebanyak 38 kargo tahun lalu hanya terserap sekitar 94,74%. Dia mengakui ada beberapa hal yang menyebabkan alokasi tersebut tidak dapat diserap, seperti kurangnya infrastruktur dan tidak optimalnya penyerapan fasilitas penerima LNG di dalam negeri.
"Target penyerapan LNG oleh pasar domestik tahun lalu masih belum terpenuhi. Kalau melihat komitmen awal pembelian, FSRU Lampung yang seharusnya dapat menyerap lima kargo, masih belum optimal karena baru terealisasi tiga kargo. Untuk fasilitas lain, seperti Arun masih dalam proses persiapan, sedangkan Nusantara Regas sudah sesuai komitmen 100%," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (17/2/2015).
Untuk tahun ini, pemerintah dan SKK Migas mematok kenaikan jumlah kargo LNG yang dapat disalurkan ke domestik. Peningkatan tersebut setelah melihat adanya potensi peningkatan permintaan setelah Regasifikasi Arun selesai dan beroperasi dan potensi pengalihan pasokan untuk PGN yang tahun lalu belum terserap ditambahkan pada tahun ini.
"Sehingga kami berharap infrastruktur yang sudah beroperasi tahun ini dapat mengoptimalkan alokasi yang sudah kami siapkan. Hal ini penting karena tidak optimalnya penyerapan LNG oleh pasar domestik akan berdampak pada penerimaan Negara," terangnya.
Sementara, pengamat migas Marwan Batubara mengatakan, penyerapan gas domestik yang tidak sesuai dengan komitmen tentu menyebabkan selain kehilangan potensi penerimaan negara juga potensi ekonomi yang dapat diciptakan apabila LNG dapat diserap.
Dia juga menyayangkan FSRU Lampung mengalami kerusakan hingga dua kali sehingga mengganggu penyerapan LNG. "Ini menyebabkan negara rugi dua kali. Penerimaan tidak dapat, dan di sisi lain dampak positif multiplier effect dari pasokan LNG apabila terserap dengan baik pun tidak terjadi," katanya.
Marwan juga mengusulkan, agar pemerintah tetap memberikan prioritas kepada pasar domestik untuk LNG yang tidak terserap konsumen yang sudah terkontrak. "Kalau ternyata pasar domestik memang belum mampu menyerap, baru ekspor dapat dilakukan yang tentu saja dengan syarat-syarat yang ketat," pungkasnya.
(izz)