YLKI Minta Pemerintah Audit Manajemen Lion Air
A
A
A
JAKARTA - Kasus telantarnya 180 penumpang Pesawat Lion Air 723 JT tujuan Palu-Jakarta akibat pesawat mengalami kerusakan teknis di Bandara Mutiara SIS Al Jufrie Palu, kemarin, mengundang reaksi dari berbagai pihak. Salah satunya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, Kementerian Perhubungan harus bertanggung jawab perihal terlantarnya ratusan penumpang Lion Air di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Caranya, dengan melakukan audit terutama kepada manajemen maskapai Lion Air.
"Saya kira ini sudah kesekian kalinya, insiden keterlambatan dari maskapai Lion Air. Masalah ini tentu saja sangat merugikan penumpang. Pembenahan harus dilakukan dengan mengaudit maskapai tersebut," ujar dia, kepada KORAN SINDO.
Menurut dia, keterlambatan penumpang berada di ranah pelayanan publik. Dia bahkan mengatakan, Kementerian Perhubungan selaku regulator penerbangan punya tanggung jawab, karena masalah keterlambatan bukan pertamakali terjadi.
"Ini sudah berkali-kali. Bahkan komplain masalah keterlambatan di YLKI itu paling banyak diarahkan kepada maskapai Lion Air. Saya kira, insiden penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, sudah menjadi puncaknya," ujar dia.
Dia menambahkan, selain masalah keterlambatan, keluhan penumpang soal bagasi hilang, permasalahan refund tiket serta tidak kooperatif, paling banyak dialami maskapai tersebut. "Keluhan tertinggi penumpang yang masuk di YLKI memang paling banyak diarahkan kepada maskapai Lion Air ini terutama dari sisi keterlambatan, bagasi hilang, refund tiket serta petugas maskapai yang tidak kooperatif," tandasnya.
Kasus terlantarnya 180 penumpang Pesawat Lion Air 723 JT tujuan Palu-Jakarta akibat pesawat yang mereka tumpangi mengalami kerusakan teknis di Bandara Mutiara SIS Al Jufrie Palu, mengundang reaksi dari masyarakat.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 180 penumpang yang terdiri dari 177 penumpang dewasa dan 3 bayi diinapkan di sejumlah hotel Kota Palu, akibat kasus ini.
Usman, salah seorang penumpang pesawat mengatakan, awalnya pesawat Lion Air ini telah siap berangkat atau take off pada pukul 09.15 Wita. Namun, setelah semua penumpang masuk ke dalam kabin pesawat pada pukul 09.30 Wita tiba-tiba pesawat mundur lagi dan berhenti selama 30 menit.
"Saya pikir setelah berhenti 30 menit pesawat langsung berangkat namun nyatanya malah mundur ke Apron dan kami (penumpang) menunggu di dalam pesawat selama hampir satu jam, " kata Usman saat dihubungi melalui ponselnya, Kamis (19/2/2015).
Menurut Usman saat menunggu tersebut diumumkan oleh kru pesawat Lion Air tersebut telah mengalami kerusakan teknis berupa gangguan cahaya.
Sehingga seluruh penumpang dengan terpaksa diturunkan dan pesawat tidak dapat diberangkatkan karena harus mendapat perbaikan. "Setelah saya tanyakan ke seorang pramugari, penerbangan ke Jakarta terpaksa ditunda hingga besok. Kalau pun memaksa hendak terbang ke Jakarta harus naik pesawat Lion Air pada Kamis malam, di penerbangan terakhir sekitar pukul 21.45 Wita. Itupun hanya tersedia 14 seat (kursi)," ungkap Usman.
"Seharusnya kalau terjadi kerusakan teknis pihak Lion Air mencarikan pesawat pengganti. Kan bisa connecting flight, dari daerah lain yang dikirim ke sini untuk mengangkut penumpang ke Jakarta, " kata Usman.
Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, Kementerian Perhubungan harus bertanggung jawab perihal terlantarnya ratusan penumpang Lion Air di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Caranya, dengan melakukan audit terutama kepada manajemen maskapai Lion Air.
"Saya kira ini sudah kesekian kalinya, insiden keterlambatan dari maskapai Lion Air. Masalah ini tentu saja sangat merugikan penumpang. Pembenahan harus dilakukan dengan mengaudit maskapai tersebut," ujar dia, kepada KORAN SINDO.
Menurut dia, keterlambatan penumpang berada di ranah pelayanan publik. Dia bahkan mengatakan, Kementerian Perhubungan selaku regulator penerbangan punya tanggung jawab, karena masalah keterlambatan bukan pertamakali terjadi.
"Ini sudah berkali-kali. Bahkan komplain masalah keterlambatan di YLKI itu paling banyak diarahkan kepada maskapai Lion Air. Saya kira, insiden penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, sudah menjadi puncaknya," ujar dia.
Dia menambahkan, selain masalah keterlambatan, keluhan penumpang soal bagasi hilang, permasalahan refund tiket serta tidak kooperatif, paling banyak dialami maskapai tersebut. "Keluhan tertinggi penumpang yang masuk di YLKI memang paling banyak diarahkan kepada maskapai Lion Air ini terutama dari sisi keterlambatan, bagasi hilang, refund tiket serta petugas maskapai yang tidak kooperatif," tandasnya.
Kasus terlantarnya 180 penumpang Pesawat Lion Air 723 JT tujuan Palu-Jakarta akibat pesawat yang mereka tumpangi mengalami kerusakan teknis di Bandara Mutiara SIS Al Jufrie Palu, mengundang reaksi dari masyarakat.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 180 penumpang yang terdiri dari 177 penumpang dewasa dan 3 bayi diinapkan di sejumlah hotel Kota Palu, akibat kasus ini.
Usman, salah seorang penumpang pesawat mengatakan, awalnya pesawat Lion Air ini telah siap berangkat atau take off pada pukul 09.15 Wita. Namun, setelah semua penumpang masuk ke dalam kabin pesawat pada pukul 09.30 Wita tiba-tiba pesawat mundur lagi dan berhenti selama 30 menit.
"Saya pikir setelah berhenti 30 menit pesawat langsung berangkat namun nyatanya malah mundur ke Apron dan kami (penumpang) menunggu di dalam pesawat selama hampir satu jam, " kata Usman saat dihubungi melalui ponselnya, Kamis (19/2/2015).
Menurut Usman saat menunggu tersebut diumumkan oleh kru pesawat Lion Air tersebut telah mengalami kerusakan teknis berupa gangguan cahaya.
Sehingga seluruh penumpang dengan terpaksa diturunkan dan pesawat tidak dapat diberangkatkan karena harus mendapat perbaikan. "Setelah saya tanyakan ke seorang pramugari, penerbangan ke Jakarta terpaksa ditunda hingga besok. Kalau pun memaksa hendak terbang ke Jakarta harus naik pesawat Lion Air pada Kamis malam, di penerbangan terakhir sekitar pukul 21.45 Wita. Itupun hanya tersedia 14 seat (kursi)," ungkap Usman.
"Seharusnya kalau terjadi kerusakan teknis pihak Lion Air mencarikan pesawat pengganti. Kan bisa connecting flight, dari daerah lain yang dikirim ke sini untuk mengangkut penumpang ke Jakarta, " kata Usman.
(dmd)