PermataBank Cetak Laba Bersih 2014 Rp1,6 T
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Permata Tbk berhasil mencatatkan peningkatan laba operasional sebelum pencadangan (konsolidasi dan diaudit) sebesar Rp2,94 triliun pada akhir 2014. Nilai ini meningkat 18% (year on year/yoy) dari tahun sebelumnya atau Rp2,50 triliun pada 2013. Dan laba bersih setelah pajak yang berhasil dicapai sebesar Rp1,59 triliun (Rp1,6 triliun).
Direktur Keuangan PermataBank Sandeep Jain mengatakan, pada 2014 dipenuhi berbagai tantangan. Ini dikarenakan industri perbankan menghadapi tingginya biaya pendanaan dan pertumbuhan bisnis yang lebih lambat sebagai akibat dari tekanan inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Namun perseroan tetap sehat, dengan permodalan yang kuat dan likuiditas yang baik."Total pendapatan operasional mencapai Rp7,41 triliun sepanjang 2014. Ini naik 12% lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp6,63 triliun. Naiknya pendapatan operasional didorong oleh pendapatan berbasis biaya (fee based income) meskipun ada tekanan dari tingginya biaya pendanaan," ujar Sandeep dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (22/2/2015).
Dia menjelaskan, pendapatan bunga bersih tahun lalu tumbuh 6% (yoy) menjadi Rp5,71 triliun. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan kredit 11% (yoy) dan dampak dari penurunan margin.
"Sedangkan fee based income naik 35% yoy menjadi Rp1,70 triliun. Berkat kinerja kuat di bisnis bancassurance, trade finance dan kontribusi laba dari penyertaan modal pada PT Astra Sedaya Finance (ASF)," ujarnya.
Penyaluran kredit termasuk pembiayaan syariah berhasil tumbuh 11% dari Rp119 triliun pada 2013 menjadi Rp132 triliun pada 2014. Pertumbuhan kredit didorong oleh bisnis UKM serta segmen local and middle market corporates yang ditopang oleh trade finance dan produk-produk pinjaman. "Total aset mencapai Rp185 triliun, naik 12% dari Rp166 triliun pada 2013," ujarnya.
Di tengah ketatnya persaingan untuk mendapatkan pendanaan dan turunnya permintaan kredit, perseroan berhasil mengelola likuiditasnya. Ini ditandai dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 11% (sejalan dengan pertumbuhan kredit) menjadi Rp148 triliun. "Sehingga menghasilkan rasio loan to deposit ration (LDR) yang stabil di level 89%," ujarnya.
PermataBank mempertahankan tingkat permodalan yang kuat terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Serta rasio kecukupan modal (CAR) sebesar terjaga di level 13,6%. Ekuitas tumbuh 21% menjadi Rp17,1 triliun pada akhir Desember
Sementara Direktur Utama PermataBank Roy Arfandi menambahkan, pada 2015 pihaknya optimis namun tetap berhati-hati seiring dengan perubahan dan pertumbuhan pada industri perbankan, lanskap peraturan (regulatory landscape) serta teknologi. “Namun, tetap berpegang pada strategi dan berkomitmen terhadap nilai-nilai kami dan terus berusaha menjadi inovatif dan adaptif, saya yakin bahwa PermataBank berada pada posisi yang baik untuk terus tumbuh lebih kuat,” ujar Roy.
PermataBank terus mempertahankan kontrol yang kuat di sisi biaya untuk menciptakan ruang investasi berkelanjutan pada bisnis Bank. Di 2014, bidang utama investasi meliputi pemasaran, memperluas dan mengoptimalkan jaringan distribusi cabang di kota-kota berkembang, meningkatkan kemampuan berbasis IT sejalan dengan perbaikan sistem dan peningkatan produktivitas.
Biaya biaya operasional menjadi Rp4,47 triliun; meningkat 8% dari periode yang sama tahun 2013 dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 12%.
Direktur Keuangan PermataBank Sandeep Jain mengatakan, pada 2014 dipenuhi berbagai tantangan. Ini dikarenakan industri perbankan menghadapi tingginya biaya pendanaan dan pertumbuhan bisnis yang lebih lambat sebagai akibat dari tekanan inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Namun perseroan tetap sehat, dengan permodalan yang kuat dan likuiditas yang baik."Total pendapatan operasional mencapai Rp7,41 triliun sepanjang 2014. Ini naik 12% lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp6,63 triliun. Naiknya pendapatan operasional didorong oleh pendapatan berbasis biaya (fee based income) meskipun ada tekanan dari tingginya biaya pendanaan," ujar Sandeep dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (22/2/2015).
Dia menjelaskan, pendapatan bunga bersih tahun lalu tumbuh 6% (yoy) menjadi Rp5,71 triliun. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan kredit 11% (yoy) dan dampak dari penurunan margin.
"Sedangkan fee based income naik 35% yoy menjadi Rp1,70 triliun. Berkat kinerja kuat di bisnis bancassurance, trade finance dan kontribusi laba dari penyertaan modal pada PT Astra Sedaya Finance (ASF)," ujarnya.
Penyaluran kredit termasuk pembiayaan syariah berhasil tumbuh 11% dari Rp119 triliun pada 2013 menjadi Rp132 triliun pada 2014. Pertumbuhan kredit didorong oleh bisnis UKM serta segmen local and middle market corporates yang ditopang oleh trade finance dan produk-produk pinjaman. "Total aset mencapai Rp185 triliun, naik 12% dari Rp166 triliun pada 2013," ujarnya.
Di tengah ketatnya persaingan untuk mendapatkan pendanaan dan turunnya permintaan kredit, perseroan berhasil mengelola likuiditasnya. Ini ditandai dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 11% (sejalan dengan pertumbuhan kredit) menjadi Rp148 triliun. "Sehingga menghasilkan rasio loan to deposit ration (LDR) yang stabil di level 89%," ujarnya.
PermataBank mempertahankan tingkat permodalan yang kuat terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Serta rasio kecukupan modal (CAR) sebesar terjaga di level 13,6%. Ekuitas tumbuh 21% menjadi Rp17,1 triliun pada akhir Desember
Sementara Direktur Utama PermataBank Roy Arfandi menambahkan, pada 2015 pihaknya optimis namun tetap berhati-hati seiring dengan perubahan dan pertumbuhan pada industri perbankan, lanskap peraturan (regulatory landscape) serta teknologi. “Namun, tetap berpegang pada strategi dan berkomitmen terhadap nilai-nilai kami dan terus berusaha menjadi inovatif dan adaptif, saya yakin bahwa PermataBank berada pada posisi yang baik untuk terus tumbuh lebih kuat,” ujar Roy.
PermataBank terus mempertahankan kontrol yang kuat di sisi biaya untuk menciptakan ruang investasi berkelanjutan pada bisnis Bank. Di 2014, bidang utama investasi meliputi pemasaran, memperluas dan mengoptimalkan jaringan distribusi cabang di kota-kota berkembang, meningkatkan kemampuan berbasis IT sejalan dengan perbaikan sistem dan peningkatan produktivitas.
Biaya biaya operasional menjadi Rp4,47 triliun; meningkat 8% dari periode yang sama tahun 2013 dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 12%.
(dyt)