Perbankan Syariah Bisa Tumbuh 20%

Senin, 23 Februari 2015 - 09:53 WIB
Perbankan Syariah Bisa Tumbuh 20%
Perbankan Syariah Bisa Tumbuh 20%
A A A
Perkembangan bank syariah tahun ini diperkirakan akan lebih baik dari tahun lalu. Pertumbuhan bank syariah ditargetkan bisa mencapai 20%. Untuk mencapai target tersebut, bank syariah harus memperluas jaringannya.

Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per November 2014, jumlah industri bank umum syariah (BUS) tercatat sebanyak 12 bank, jumlah unit usaha syariah (UUS) sebanyak 22 bank, BPRS sebanyak 163 bank, dan jaringan kantor sebanyak 2.939. Adapun total aset (khusus BUS dan UUS) sebesar Rp261,927 triliun, pembiayaan sebesar Rp198,376 triliun, dan penghimpunan DPK perbankan syariah sebesar Rp209,644 triliun.

Jumlah nasabah bank syariah saat ini masih di bawah 10 juta orang sehingga potensi peningkatan nasabah perbankan syariah masih sangat besar mengingat jumlah penduduk usia produktif Indonesia terus bertambah Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keunangan (OJK) Mulya E Siregar memperkirakan pertumbuhan aset perbankan syariah tahun ini mencapai 17,96%.

”Tahun ini kita berharap industri perbankan syariah dapat tumbuh lebih baik. Proyeksi pertumbuhan atas dasar rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan perbankan syariah. Tahun ini insya Allah aset industri perbankan syariah kita tumbuh sekitar 17,96%,” katanya.

Menurut Mulya, kinerja perbankan syariah selama setahun terakhir terus membaik. Pada 2014 volume industri perbankan syariah tumbuh sekitar 12,4%. Pertumbuhan selama 2014 tersebut berlangsung lambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 24,2%. Secara umum perbankan syariah nasional memiliki ketahanan modal yang lebih baik.

Ini tercermin dari rasio rasio kecukupan modal (CAR) meningkat menjadi 15,18% dari tahun sebelumnya sebesar 14,4%. Target pertumbuhan 20% tahun ini bukanlah hal yang sulit. Sepanjang strategi yang dicanangkan perbankan syariah dan stakeholders berjalan baik. Itulah sebabnya bank syariah harus pandai meracik strategi agar target yang dicanangkan bisa direalisasikan. ”Pertumbuhan 20% itu tidak susah sepanjang strateginya jelas,” ujar Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano.

Salah satu strategi yang bisa dilakukan, kata Dinno, adalah terus meningkatkan laba perusahaan. Selain itu, memperluas jangkauan bank syariah merupakan keharusan yang dilakukan. Jika selama ini bank syariah lebih banyak berkonsentrasi di Indonesia bagian barat, ada baiknya juga mulai melebarkan sayap ke bagian timur.

Menurut Dinno, wacana merger dua bank syariah sebagai strategi meningkatkan market share bank syariah harus dikaji lebih dalam. Jangan sampai penggabungan itu malah kontradiktif dari harapan. Apalagi urgensinya dipertanyakan sebab Indonesia pasar terbesar di ASEAN jadi akan lebih baik jika lebih fokus menggarap pasar lokal.

Dinno mengingatkan, jika proses mergernya gagal, akan membuat tujuan memperbesar pangsa pasar syariah tidak akan tercapai. ”Kalau tujuannya ingin modal besar dan masuk ke negara ASEAN lainnya, itu jadi pertanyaan lagi. Pasar terbesar di ASEAN adalah Indonesia. Orang di sana saja khususnya Thailand belajar bahasa Indonesia untuk menghadapi MEA. Kita malah sibuk persiapan masuk ke market mereka. Padahal market- nya kecil dan biayanya besar,” katanya.

”Saya sih setuju saja digabungin . Toh , yang punya juga bukan saya. Tapi, tujuannya apa dulu. Kalau mau besarin pasar syariah, mendingan pindahan saja salah satu bank BUMN ke syariah. Itu jelas dari nol jadi tambah satu,” kata dia.

Namun, di balik optimisme pertumbuhan bank syariah, Direktur Utama PT Bank Syariah Bukopin Riyanto mengaku tekanan likuiditas masih menjadi ancaman bagi bank syariah tahun ini kendati setiap tahun tekanan tersebut semakin berkurang. Namun, itu harus disikapi dengan baik agar likuiditas bank syariah semakin lebih baik. ”Perbankan syariah harus mengembangkan dana-dana murah dengan bentuk tabungan atau giro,” ucap dia.

Menurut Riyanto, bank syariah harus gencar melakukan edukasi kepada masyarakat agar dana-dana institusi seperti BUMN, kementerian, atau lembaga yang masih enggan masuk ke perbankan syariah berubah haluan. Jika masalah tersebut bisa diatasi, perbankan syariah akan mendapatkan sumber likuiditas yang lebih baik.

Termasuk saat kondisi perekonomian sedang bergejolak, baik yang dipengaruhi faktor eksternal ataupun internal. Selain itu, lanjut dia, penambahan modal dari pemegang saham untuk tambahan modal perbankan syariah juga akan memperkuat tumbuh kembang bank syariah yang signifikan.

”Tapi, sebenarnya yang juga dibutuhkan perbankan syariah adalah situasi pasar yang baik. Terdiri atas kondisi ekonomi dan bisnis serta sektor ritel yang terus berkembang,” katanya. Tidak heran kalau perbankan syariah sangat mengharapkan besarnya keberpihakan pemerintah.

Saat ini keberpihakan itu tercermin dari peningkatan regulasi dan insentif terhadap industri perbankan syariah. Tapi, itu dianggap tidak cukup, sudah waktunya bagi pemerintah menerapkan kebijakan affirmative action kepada perbankan syariah agar bisa tumbuh lebih kencang lagi. Affirmative action yang dimaksud dalam rangka mengatasi kendala-kendala yang dihadapi perbankan syariah.

Misalnya yang berkaitan dengan minimnya pengetahuan tentang perbankan syariah di kalangan masyarakat serta langkanya sumber daya manusia yang menguasai seluk-beluk perbankan dan sekaligus paham prinsip-prinsip syariah.

Hermansah
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6466 seconds (0.1#10.140)