Bank UOB Indonesia Terbitkan Obligasi Rp1,5 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank UOB Indonesia menerbitkan obligasi dengan jumlah pokok sebanyak- banyaknya sebesar Rp1,5 triliun.
Perseroan menawarkan kupon obligasi tersebut sekitar 8,6-10%. Direktur Mandiri Sekuritas Iman Rachman, selaku penjamin pelaksana emisi, mengatakan, tenor tersebut dibagi dalam tiga seri. Seri A memiliki tenor 370 hari dengan kupon 8,6- 9%, seri B dengan tenor tiga tahun memiliki imbal hasil 9,7% hingga 9,8%, seri C memiliki jangka waktu 5 tahun akan memberikan kupon obligasi 9,6% hingga 10%.
”Obligasi ini akan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada April 2015. Perseroan akan menjaring semua tipikal investor yang tertarik pada Obligasi tersebut,” ujar dia dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin. Direktur Utama Bank UOB Indonesia Armand B Arief menjelaskan, dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi tersebut akan dipergunakan perseroan untuk meningkatkan aktiva produktif perseroan, terutama dalam bentuk pemberian kredit.
”Kita akan menyasar pasar tidak hanya domestik, tapi juga asing,” tandasnya. Menurutnya Obligasi UOB ini menarik, karena obligasi ini telah memperoleh hasil pemeringkatan AAA (idn) dari PT Fitch Ratings Indonesia. Armand menambahkan, perseroan akan melakukan ekspansi kredit yang berdasarkan anjuran dari regulator.
”Pihak regulator sudah memberikan ketentuan khusus terkait ekspansi kredit tersebut. Untuk itu, kami menyesuaikan dengan arahan dari Bank Indonesia,” paparnya. Dia memaparkan, perseroan berusaha untuk memberikan imbal hasil yang menarik bagi investor untuk penyaluran dari obligasi ini. ”Seperti dari strategi perseroan, kami utamakan untuk sektor ritel terlebih dahulu,” katanya.
Dia mengatakan, seperti pada umumnya, investor obligasi ini akan datang dari asuransi, dana pensiun, perbankan, dan beberapa investor asing. Selain PT Mandiri Sekuritas, perseroan juga menunjuk PT BCA Sekuritas, PT Indo Premier Securitas, PT standard Chartered Securitas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Securities sebagai penjamin pelaksana emisi Obligasi.
Masa penawaran awal (bookbuilding ) sehubungan dengan obligasi tersebut yaitu 24 Februari 2015 hingga 10 Maret 2015. Dengan target efektif dari otoritas jasa keuangan (OJK) yang diharapkan dapat diperoleh pada 20 Maret 2015, maka perkiraan masa penawaran umum adalah pada tanggal 24-26 Maret 2015. Analis PT Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, obligasi memiliki potensi untuk tumbuh pada tahun ini.
”Terutama tren untuk surat utang negara (SUN) tahun ini dinilai cukup bagus. Karena, dari pemerintah mengeluarkan SUN sebesar Rp225 triliun,” paparnya kepada KORAN SINDO kemarin. Dia melanjutkan, pemerintah mengeluarkan SUN dalam dua jenis yakni rupiah dan valas. ”Jadi pemerintah selalu melakukan lelang beberapa seri SUN dan permintaannya cukup besar. Hal itu akan berimbas pada obligasi korporasi, apalagi setelah BI Rate diturunkan. Jadi, memang itu akan memberikan dampak positif terhadap obligasi korporasi,” tegasnya.
Menurutnya, pemerintah harus bisa mengontrol inflasi guna menjaga pasar obligasi. ”Kalau inflasinya bisa ditekan, dengan BI Rate sekarang, setidaknya cukup bagus,” katanya.
Arsy ani s
Perseroan menawarkan kupon obligasi tersebut sekitar 8,6-10%. Direktur Mandiri Sekuritas Iman Rachman, selaku penjamin pelaksana emisi, mengatakan, tenor tersebut dibagi dalam tiga seri. Seri A memiliki tenor 370 hari dengan kupon 8,6- 9%, seri B dengan tenor tiga tahun memiliki imbal hasil 9,7% hingga 9,8%, seri C memiliki jangka waktu 5 tahun akan memberikan kupon obligasi 9,6% hingga 10%.
”Obligasi ini akan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada April 2015. Perseroan akan menjaring semua tipikal investor yang tertarik pada Obligasi tersebut,” ujar dia dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin. Direktur Utama Bank UOB Indonesia Armand B Arief menjelaskan, dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi tersebut akan dipergunakan perseroan untuk meningkatkan aktiva produktif perseroan, terutama dalam bentuk pemberian kredit.
”Kita akan menyasar pasar tidak hanya domestik, tapi juga asing,” tandasnya. Menurutnya Obligasi UOB ini menarik, karena obligasi ini telah memperoleh hasil pemeringkatan AAA (idn) dari PT Fitch Ratings Indonesia. Armand menambahkan, perseroan akan melakukan ekspansi kredit yang berdasarkan anjuran dari regulator.
”Pihak regulator sudah memberikan ketentuan khusus terkait ekspansi kredit tersebut. Untuk itu, kami menyesuaikan dengan arahan dari Bank Indonesia,” paparnya. Dia memaparkan, perseroan berusaha untuk memberikan imbal hasil yang menarik bagi investor untuk penyaluran dari obligasi ini. ”Seperti dari strategi perseroan, kami utamakan untuk sektor ritel terlebih dahulu,” katanya.
Dia mengatakan, seperti pada umumnya, investor obligasi ini akan datang dari asuransi, dana pensiun, perbankan, dan beberapa investor asing. Selain PT Mandiri Sekuritas, perseroan juga menunjuk PT BCA Sekuritas, PT Indo Premier Securitas, PT standard Chartered Securitas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Securities sebagai penjamin pelaksana emisi Obligasi.
Masa penawaran awal (bookbuilding ) sehubungan dengan obligasi tersebut yaitu 24 Februari 2015 hingga 10 Maret 2015. Dengan target efektif dari otoritas jasa keuangan (OJK) yang diharapkan dapat diperoleh pada 20 Maret 2015, maka perkiraan masa penawaran umum adalah pada tanggal 24-26 Maret 2015. Analis PT Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, obligasi memiliki potensi untuk tumbuh pada tahun ini.
”Terutama tren untuk surat utang negara (SUN) tahun ini dinilai cukup bagus. Karena, dari pemerintah mengeluarkan SUN sebesar Rp225 triliun,” paparnya kepada KORAN SINDO kemarin. Dia melanjutkan, pemerintah mengeluarkan SUN dalam dua jenis yakni rupiah dan valas. ”Jadi pemerintah selalu melakukan lelang beberapa seri SUN dan permintaannya cukup besar. Hal itu akan berimbas pada obligasi korporasi, apalagi setelah BI Rate diturunkan. Jadi, memang itu akan memberikan dampak positif terhadap obligasi korporasi,” tegasnya.
Menurutnya, pemerintah harus bisa mengontrol inflasi guna menjaga pasar obligasi. ”Kalau inflasinya bisa ditekan, dengan BI Rate sekarang, setidaknya cukup bagus,” katanya.
Arsy ani s
(ars)