Tahun Ini, Waktu Tepat Perusahaan Tambang IPO
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa tahun ini merupakan waktu yang tepat bagi perusahaan pertambangan untuk melakukan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) karena sedang menurunnya harga komoditas tambang.
Deputi Komisioner bidang Pengawasan Sektor Riil OJK Poltak Sihotang mengatakan, pembiayaan dalam pengembangan perusahaan di sektor pertambangan membutuhkan alternatif lain selain perbankan, yaitu pasar modal.
Menurut dia, untuk mencari modal dari perbankan lebih sulit karena ketatnya likuiditas saat ini.
"Pasar modal juga memiliki pendanaan yang cukup besar. Pendanaan melalui pasar modal juga bisa dilakukan, terutama untuk memenuhi kewajiban, yaitu bangun smelter. Harga penawaran saham pun masih menarik bagi investor," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/2/2015).
Poltak mengakui terdapat risiko bagi investor yang masuk di sektor tambang, antara lain risiko terhadap kebijakan pemerintah, dan pasar serta produk yang tidak dapat diperbaharui dan ketidakpastian penemuan cadangan produksi.
"Harus menambah alat indeks untuk investor bisa memahami investasi," jelas dia.
Menurutnya, pengembangan industri di sektor pertambangan dapat berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan pemerintah sebesar 5,7% pada tahun ini.
Di samping itu, pendanaan masih dibutuhkan lantaran Indonesia akan membangun pembangkit listrik sebesar 35.000 megawatt (MW) untuk melengkapi infrastruktur listrik dan meningkatkan perekonomian.
"Ini juga diharapkan dengan adanya pembiayaan di pasar modal dapat berkontribusi besar dalam mendapatkan kebutuhan pendanaan," pungkasnya.
Deputi Komisioner bidang Pengawasan Sektor Riil OJK Poltak Sihotang mengatakan, pembiayaan dalam pengembangan perusahaan di sektor pertambangan membutuhkan alternatif lain selain perbankan, yaitu pasar modal.
Menurut dia, untuk mencari modal dari perbankan lebih sulit karena ketatnya likuiditas saat ini.
"Pasar modal juga memiliki pendanaan yang cukup besar. Pendanaan melalui pasar modal juga bisa dilakukan, terutama untuk memenuhi kewajiban, yaitu bangun smelter. Harga penawaran saham pun masih menarik bagi investor," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/2/2015).
Poltak mengakui terdapat risiko bagi investor yang masuk di sektor tambang, antara lain risiko terhadap kebijakan pemerintah, dan pasar serta produk yang tidak dapat diperbaharui dan ketidakpastian penemuan cadangan produksi.
"Harus menambah alat indeks untuk investor bisa memahami investasi," jelas dia.
Menurutnya, pengembangan industri di sektor pertambangan dapat berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan pemerintah sebesar 5,7% pada tahun ini.
Di samping itu, pendanaan masih dibutuhkan lantaran Indonesia akan membangun pembangkit listrik sebesar 35.000 megawatt (MW) untuk melengkapi infrastruktur listrik dan meningkatkan perekonomian.
"Ini juga diharapkan dengan adanya pembiayaan di pasar modal dapat berkontribusi besar dalam mendapatkan kebutuhan pendanaan," pungkasnya.
(rna)