Ini Kata Sofyan Soal Harga Gabah Turun, Beras Naik
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, penurunan harga gabah dan kenaikan harga beras tidak ada hubungannya dengan mafia beras. Ini berkaitan erat dengan supply dan demand.
"Karena yang kemarin naik tidak normal itu di Jakarta. Ini dikarenakan, tingkat inflasi di daerah secara overall masih wajar, sehingga kita bahkan deflasi," ungkap Sofyan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Sofyan mengatakan, jika hanya di Jakarta saja yang tidak normal, hal itu terjadi karena kurangnya supply. Pada November dan Desember tidak ada raskin, karena raskin sendiri telah di jamak pada bulan-bulan awal 2014.
"Sehingga November dan Desember kekurangan supply, raskin biasanya satu bulan itu 230 ribuan ton tapi pada November dan Desember tidak di supply karena tidak ada jatah lagi di 2014. Sehingga kemarin berkurang supply sebesar 464 ribu ton," ujarnya.
Kemudian, ujar dia, Januari baru diberikan 300 ribu ton padahal seharusnya 464 ribu ton, ini dikatakan Sofyan harus dikejar.
"Jadi kemarin itu memang ada kekurangan supply ke pasar, itu yang sebabkan harga naik tidak wajar, tapi sekarang ini lagi kita kejar, semua raskin harus dikeluarkan sebagaimana seharusnya. Cadangan di Februari masih ada 160 ribu ton, Maret sebesar 232 ribu ton," terang Sofyan.
Selain itu, operasi pasar dilakukan supaya kembali normal. Awal Maret 2015 petani sudah mulai panen raya hingga akhir April. Pada saat itu harga beras akan normal kembali. Sekarang di Jakarta juga harga sudah normal meskipun belum turun. Namun, sudah tidak ada lagi kenaikan karena pasar.
"Pemerintah terus melakukan operasi pasar. Kita akan gelontorkan semua raskin, kemudian kita akan hitung harga beli pemerintah. Mungkin kita akan hitung dengan sedikit harga dari pemerintah. Tapi kali ini produksi insya Allah cukup meningkat, karena pemerintah memberikan bibit tepat waktu, pupuk tepat waktu, pemerintah membantu sumur bor karena irigasi tidak ada. Jadi cukup banyak intervensi pemerintah," pungkas dia.
(Baca: Harga Gabah Turun, Beras Malah Naik)
"Karena yang kemarin naik tidak normal itu di Jakarta. Ini dikarenakan, tingkat inflasi di daerah secara overall masih wajar, sehingga kita bahkan deflasi," ungkap Sofyan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Sofyan mengatakan, jika hanya di Jakarta saja yang tidak normal, hal itu terjadi karena kurangnya supply. Pada November dan Desember tidak ada raskin, karena raskin sendiri telah di jamak pada bulan-bulan awal 2014.
"Sehingga November dan Desember kekurangan supply, raskin biasanya satu bulan itu 230 ribuan ton tapi pada November dan Desember tidak di supply karena tidak ada jatah lagi di 2014. Sehingga kemarin berkurang supply sebesar 464 ribu ton," ujarnya.
Kemudian, ujar dia, Januari baru diberikan 300 ribu ton padahal seharusnya 464 ribu ton, ini dikatakan Sofyan harus dikejar.
"Jadi kemarin itu memang ada kekurangan supply ke pasar, itu yang sebabkan harga naik tidak wajar, tapi sekarang ini lagi kita kejar, semua raskin harus dikeluarkan sebagaimana seharusnya. Cadangan di Februari masih ada 160 ribu ton, Maret sebesar 232 ribu ton," terang Sofyan.
Selain itu, operasi pasar dilakukan supaya kembali normal. Awal Maret 2015 petani sudah mulai panen raya hingga akhir April. Pada saat itu harga beras akan normal kembali. Sekarang di Jakarta juga harga sudah normal meskipun belum turun. Namun, sudah tidak ada lagi kenaikan karena pasar.
"Pemerintah terus melakukan operasi pasar. Kita akan gelontorkan semua raskin, kemudian kita akan hitung harga beli pemerintah. Mungkin kita akan hitung dengan sedikit harga dari pemerintah. Tapi kali ini produksi insya Allah cukup meningkat, karena pemerintah memberikan bibit tepat waktu, pupuk tepat waktu, pemerintah membantu sumur bor karena irigasi tidak ada. Jadi cukup banyak intervensi pemerintah," pungkas dia.
(Baca: Harga Gabah Turun, Beras Malah Naik)
(izz)