Material Pengganti Kayu yang Natural

Rabu, 04 Maret 2015 - 10:12 WIB
Material Pengganti Kayu yang Natural
Material Pengganti Kayu yang Natural
A A A
Masalah kerusakan lingkungan masih menjadi isu global akibat pemakaian sumber daya alam yang berlebihan, termasuk dalam penggunaan material bangunan. Kayu masih menjadi material utama bangunan, tapi adakah yang bisa menggantikan perannya?

Berdasarkan sebuah studi, bangunan berpotensi memberikan dampak pada kerusakan lingkungan. Dalam 50 tahun terakhir, batu karang telah berkurang dan mengalami penurunan kualitas sebesar 40%, volume air dari sungai dan danau telah berkurang dua kali sejak tahun 1960, serta konsentrasi CO2 meningkat 19% sejak 1959.

Kenaikan air laut ini apabila terus terjadi bakal mengakibatkan dampak berupa sulitnya mendapatkan air bersih dan bahan makanan, serta perubahan iklim dan kualitas udara yang buruk. “Kayu merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam industri konstruksi, khususnya perumahan, yang dalam pengolahannya dapat menghasilkan banyak bahan sisa berupa potongan, sebetan, maupun serbuk yang jumlahnya mencapai 45% dari total produk kayu,” kata arsitek Satrio Herlambang.

Disadari atau tidak, semakin bertambah jumlah penduduk yang membutuhkan kayu untuk pembangunan konstruksi, maka semakin banyak pula hutan yang hilang akibat proses penebangan kayu yang kian merajalela. Di Indonesia, dalam setiap menit 6,6 hektare hutan hilang, termasuk di dalamnya untuk pemenuhan kebutuhan material bangunan.

Dengan ketersediaan produk kayu yang mulai terbatas, kini konsumen semakin sulit untuk mendapatkan kualitas yang baik di pasaran. Oleh karena itu, pengembangan artificial wood component untuk subsidi material kayu sangatlah diperlukan. Salah satu produk substitusi kayu sebagai pengganti papan kayu dan kayu lapis adalah SHERA, yang telah mengalami proses teknologi FCS.

“Fibre composie solution (FCS) merupakan inovasi produk pengganti kayu yang memiliki kualitas yang sama dengan material kayu. FCS terbuat dari semen portland, silica , air, serta serat selulosa (cellulose fibre ) yang telah melalui proses Hatschek sehingga menghasilkan bahan bangunan yang lebih kuat dan efektif ketimbang kayu biasa,” kata Satrio.

Satrio menyebutkan, produk pengganti kayu ini memiliki keunggulan tahan terhadap api, tahan terhadap air, antilapuk, antirayap, dan tidak mudah rapuh. Dengan begitu, kekokohannya pun tidak dapat diragukan lagi. SHERA yang baru-baru ini diluncurkan di Indonesia memiliki tiga kategori produk, yaitu SHERA wood yang merupakan produk pengganti kayu untuk aplikasi dinding, plafon, papan list , dan dekor kayu.

Ada lagi SHERA roof yang terbuat dari lembaran untuk atap, memiliki keunggulan pada lembarannya yang sangat ringan dan bergelombang sehingga mampu mengurangi kebisingan serta terpaan panas matahari. Ada juga SHERA board yang merupakan lembaran fiber cement 100% bebas asbes untuk aplikasi kebutuhan langit-langit eksternal dan internal, partisi dinding, dan pelapis lantai.

Beragam aplikasi produk tersebut tetap menampilkan serat kayu dan suasana hangat. SHERA juga menyediakan beberapa koleksi profil yang mengombinasikan inovasi teknologi dari semen komposit fiber dengan keahlian pengukir. Berbagai detail profil ukiran bisa menjadi elemen dekoratif serta pilihan yang menampilkan keindahan saat diaplikasikan. Efisien, kuat, dan hemat energi merupakan salah satu keunggulan produk ini.

Dengan menggunakan material pengganti kayu, itu berarti kita telah ikut membantu mengurangi kerusakan sumber daya alam. Selain itu, tampilan rumah tetap cantik dan natural, tidak kalah dengan kayu asli.

Aprilia s andyna
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5093 seconds (0.1#10.140)