Mengukur Harga Saham Melalui Pendekatan PE Ratio
A
A
A
Berinvestasi di pasar modal khususnya saham mengandung unsur risiko. Tentu saja semua orang ingin agar investasi yang dilakukan dapat mendatangkan keuntungan maksimal, dan risiko kerugian seminimal mungkin.
Untuk itu, investor maupun calon investor sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan analisis saham atau sekuritas di pasar modal. Terdapat dua macam analisis yang lazim digunakan di pasar modal, yaitu metode fundamental analisis dan teknikal analisis. Fundamental analisis terkait dengan kinerja fundamental ekonomi industri serta prospek bisnis perusahaan di masa mendatang.
Sementara itu, teknikal analisis merupakan pendekatan teknis yang lebih menekankan pada dimensi psikologi pasar. Dua metode tersebut bisa digunakan investor untuk menilai apakah suatu saham layak dibeli atau tidak. Dalam artian, saham tersebut masih berpotensi menghasilkan return atau sebaliknya saham tersebut lebih berpeluang untuk menurun di masa datang.
Dalam kesempatan ini, kita akan lebih menyinggung terkait fundamental analisis. Sebab umumnya, teori ini lebih banyak digunakan oleh investor untuk horizon investasi jangka panjang. Salah satu indikator pokok yang dihitung dalam melakukan fundamental analisis adalah posisi price earnings ratio (PER) atau rasio PE sebuah saham.
Sebelum membahas cara menghitungnya, pahami dulu definisi PER yaitu suatu rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham terhadap harga sahamnya. Menghitung PER dilakukan dengan cara membagi harga saham saat ini dengan keuntungan bersih tahunan per saham atau earning per share (EPS).
PER dapat dipakai untuk membandingkan kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional ataupun global. PER juga merupakan angka psikologis bagi value investor di mana nilai PER yang rendah akan lebih menarik dibandingkan dengan PER tinggi. Nilai PER rendah ini disebabkan oleh EPS yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya, sehingga tingkat return- nya lebih baik.
PER yang kecil merupakan salah satu pertimbangan utama bagi value investing di samping faktor- faktor lainnya. Oleh karena itu, seorang investor yang bijak akan menghindari saham dengan PER tinggi, apalagi saham itu mempunyai volatilitas yang tinggi sehingga memiliki potensi risiko yang tinggi pula.
Selanjutnya agar lebih lengkap dalam melakukan analisa, investor perlu memperhatikan faktor lain yang bisa memengaruhi posisi EPS perusahaan pada masa datang, yakni mencermati seberapa cepat suatu perusahaan mampu tumbuh di masa lalu dan mengukur apakah tingkat pertumbuhan itu masih akan berlanjut atau meningkat di masa mendatang.
Selain itu, yang perlu diingat, apabila akan membandingkan PE satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, harus melihat dahulu, apakah perusahaan itu memang berada dalam industri yang sama atau sejenis. Sebab, jika industrinya berbeda, biasanya kondisi pertumbuhan pendapatannya juga berbeda.
*Kerja Sama Redaksi KORAN SINDO dan
Bursa Efek Indonesia
Untuk itu, investor maupun calon investor sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan analisis saham atau sekuritas di pasar modal. Terdapat dua macam analisis yang lazim digunakan di pasar modal, yaitu metode fundamental analisis dan teknikal analisis. Fundamental analisis terkait dengan kinerja fundamental ekonomi industri serta prospek bisnis perusahaan di masa mendatang.
Sementara itu, teknikal analisis merupakan pendekatan teknis yang lebih menekankan pada dimensi psikologi pasar. Dua metode tersebut bisa digunakan investor untuk menilai apakah suatu saham layak dibeli atau tidak. Dalam artian, saham tersebut masih berpotensi menghasilkan return atau sebaliknya saham tersebut lebih berpeluang untuk menurun di masa datang.
Dalam kesempatan ini, kita akan lebih menyinggung terkait fundamental analisis. Sebab umumnya, teori ini lebih banyak digunakan oleh investor untuk horizon investasi jangka panjang. Salah satu indikator pokok yang dihitung dalam melakukan fundamental analisis adalah posisi price earnings ratio (PER) atau rasio PE sebuah saham.
Sebelum membahas cara menghitungnya, pahami dulu definisi PER yaitu suatu rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham terhadap harga sahamnya. Menghitung PER dilakukan dengan cara membagi harga saham saat ini dengan keuntungan bersih tahunan per saham atau earning per share (EPS).
PER dapat dipakai untuk membandingkan kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional ataupun global. PER juga merupakan angka psikologis bagi value investor di mana nilai PER yang rendah akan lebih menarik dibandingkan dengan PER tinggi. Nilai PER rendah ini disebabkan oleh EPS yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya, sehingga tingkat return- nya lebih baik.
PER yang kecil merupakan salah satu pertimbangan utama bagi value investing di samping faktor- faktor lainnya. Oleh karena itu, seorang investor yang bijak akan menghindari saham dengan PER tinggi, apalagi saham itu mempunyai volatilitas yang tinggi sehingga memiliki potensi risiko yang tinggi pula.
Selanjutnya agar lebih lengkap dalam melakukan analisa, investor perlu memperhatikan faktor lain yang bisa memengaruhi posisi EPS perusahaan pada masa datang, yakni mencermati seberapa cepat suatu perusahaan mampu tumbuh di masa lalu dan mengukur apakah tingkat pertumbuhan itu masih akan berlanjut atau meningkat di masa mendatang.
Selain itu, yang perlu diingat, apabila akan membandingkan PE satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, harus melihat dahulu, apakah perusahaan itu memang berada dalam industri yang sama atau sejenis. Sebab, jika industrinya berbeda, biasanya kondisi pertumbuhan pendapatannya juga berbeda.
*Kerja Sama Redaksi KORAN SINDO dan
Bursa Efek Indonesia
(bbg)