Ini Dua Faktor Penyebab Rupiah Melempem
A
A
A
JAKARTA - Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pelemahan rupiah masih disebabkan oleh dua faktor, yakni datang dari domestik dan eksternal.
Dia mengungkapkan, faktor eksternal datang dari negara Amerika Serikat (AS) yang perekonomiannya terus membaik. Ada ekspetasi bahwa suku bunga bank sentral Amerika atau The Fed akan dinaikkan.
"Nantikan ada rapat The Fed lagi pada 17 Maret, dan ekspetasinya mereka akan menaikkan suku buga acuannya," kata dia saat dihubungi Koran Sindo di Jakarta, Kamis (5/3/2015).
Selama ini, The Fed menyampaikan bahwa harus bersabar untuk hal menaikkan suku bunga. "Bersabar. Itu kata-katanya sebelum menaikkan suku bunga. Mungkin kata-katanya akan mereka drop, sehingga nanti kemungkinan pertengahan tahun ini The Fed mulai menaikkan suku bunga," katanya.
Dia memprediksi, ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunganya tahun ini. selain itu, fakta lain jika The Fed positif akan menaikkan suku bunga yakni, data perekonomian AS masih cukup baik.
"Jadi data-data dari Amerika ini masih cukup baik, ada kemungkinan semester dua akan ada perubahan suku bunga The Fed," ungkap Sumual.
Di sisi lain, faktor domestik juga berdampak pada pelemahan rupiah, terutama pada saat pengumuman deflasi baru-baru ini. "Setelah pengumuman deflasi ada ekspetasi di pasar bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan turun," ujarnya.
Menurutnya, hal ini memicu ekspetasi bahwa BI Rate yang turun mengakibatkan rupiah yang semakin melemah. Dia melanjutkan, dari pelemahan rupiah ini, banyak importir yang terkena imbasnya. "importir mengahwatirkan dolar akan terus terpuruk. Jadi mereka sudah beli dolar dari sekarang, untuk mengantisipasi rupiah yang terus menerus melemah," tandasnya.
Penurunan rupiah ini, menurutnya tidak berdampak banyak pada ekspor yang ada di Indonesia. "Kalau rupiah melemah bagus buat ekspor. Tapi pada kenyataanya, ekonomi kita ini masih syarat impor," kata dia.
Pihaknya menaggapi bahwa di Indonesia masih banyak komoditas yang tertekan. "Sehingga Kalau rupiahnya melemah, belum tentu ekspornya bisa bagus, karena Indonesia banyak komoditas, sedangkan komoditas sedang melemah," tambah Sumual.
Sementara, dia memproyeksikan tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut pada semester I/2015. "Pasalnya, banyaknya berita negatif mengenai imaging market termasuk rupiah. Belum lagi negara kita masih syarat impor," pungkasnya.
(Baca: Rupiah Ditutup Terapresiasi ke Rp12.973/USD)
Dia mengungkapkan, faktor eksternal datang dari negara Amerika Serikat (AS) yang perekonomiannya terus membaik. Ada ekspetasi bahwa suku bunga bank sentral Amerika atau The Fed akan dinaikkan.
"Nantikan ada rapat The Fed lagi pada 17 Maret, dan ekspetasinya mereka akan menaikkan suku buga acuannya," kata dia saat dihubungi Koran Sindo di Jakarta, Kamis (5/3/2015).
Selama ini, The Fed menyampaikan bahwa harus bersabar untuk hal menaikkan suku bunga. "Bersabar. Itu kata-katanya sebelum menaikkan suku bunga. Mungkin kata-katanya akan mereka drop, sehingga nanti kemungkinan pertengahan tahun ini The Fed mulai menaikkan suku bunga," katanya.
Dia memprediksi, ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunganya tahun ini. selain itu, fakta lain jika The Fed positif akan menaikkan suku bunga yakni, data perekonomian AS masih cukup baik.
"Jadi data-data dari Amerika ini masih cukup baik, ada kemungkinan semester dua akan ada perubahan suku bunga The Fed," ungkap Sumual.
Di sisi lain, faktor domestik juga berdampak pada pelemahan rupiah, terutama pada saat pengumuman deflasi baru-baru ini. "Setelah pengumuman deflasi ada ekspetasi di pasar bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan turun," ujarnya.
Menurutnya, hal ini memicu ekspetasi bahwa BI Rate yang turun mengakibatkan rupiah yang semakin melemah. Dia melanjutkan, dari pelemahan rupiah ini, banyak importir yang terkena imbasnya. "importir mengahwatirkan dolar akan terus terpuruk. Jadi mereka sudah beli dolar dari sekarang, untuk mengantisipasi rupiah yang terus menerus melemah," tandasnya.
Penurunan rupiah ini, menurutnya tidak berdampak banyak pada ekspor yang ada di Indonesia. "Kalau rupiah melemah bagus buat ekspor. Tapi pada kenyataanya, ekonomi kita ini masih syarat impor," kata dia.
Pihaknya menaggapi bahwa di Indonesia masih banyak komoditas yang tertekan. "Sehingga Kalau rupiahnya melemah, belum tentu ekspornya bisa bagus, karena Indonesia banyak komoditas, sedangkan komoditas sedang melemah," tambah Sumual.
Sementara, dia memproyeksikan tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut pada semester I/2015. "Pasalnya, banyaknya berita negatif mengenai imaging market termasuk rupiah. Belum lagi negara kita masih syarat impor," pungkasnya.
(Baca: Rupiah Ditutup Terapresiasi ke Rp12.973/USD)
(izz)