PLTU Batang Ditargetkan Beroperasi Akhir 2018
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah memastikan proses pembebasan lahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah, telah selesai sehingga pengerjaan pembangunannya siap dilakukan. PLTU berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) itu dijadwalkan mulai beroperasi akhir 2018 atau awal 2019.
“Pembebasan lahan sudah selesai. Setelah itu, bisa financial closed kemudian dibangun,” ungkap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jarman di Jakarta kemarin. Awalnya PLTU Batang ditarget dapat beroperasi pada 2014. Namun, pengerjaan pembangunan proyek itu molor lantaran terganjal pembebasan lahan.
Proyek penting bagi kelistrikan Jawa-Bali ini memerlukan lahan seluas 226 hektare (ha). Menurut Jarman molornya waktu penyelesaian proyek itu tidak berdampak terhadap nilai investasi. Investasi proyek infrastruktur kelistrikan itu masih sekitar USD3,2 miliar (sekitar Rp38,4 triliun).
Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursidan Baldan sebelumnya mengatakan, masalah lahan yang mengganggu pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten Batang itu sudah teratasi. “Sudah selesai semua, saya sudah tanda tangan lima sertifikat lagi untuk bidang (tanah) yang tersisa.
Jadi, sudah 25 sertifikat yang sudah saya tanda tangani,” katanya. Ferry mengharapkan, dengan selesainya masalah lahan ini, proyek investasi kerja sama pemerintah dan swasta yang bermanfaat untuk menyediakan 30% distribusi listrik di wilayah Jawa dan sekitarnya ini bisa dimulai April mendatang.
Bupati Batang Yoyok Ryo Sudibyo menegaskan, pemerintah daerah mendukung penuh percepatan pembangunan PLTU Batang. Kehadiran proyek ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat Batang, terutama di wilayah-wilayah yang berada di sekitar area proyek.
“Kami berharap pembangunan PLTU Batang dapat segera dilaksanakan dan berkontribusi langsung bagi ekonomi Batang. Pemerintah Batang akan mendukung proyek ini, termasuk dalam hal pembebasan sisa lahan yang akan dilakukan oleh PLN,” tandasnya.
Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia Muhamad Effendi mengatakan, sebagai kontraktor pembangunan PLTU Batang, pihaknya siap mengerjakan proyek ini. Dia pun berkomitmen untuk segera mempercepat pembangunan proyek ini dan mengalirkan listrik bagi kebutuhan nasional. “Kami akan memaksimalkan potensi daerah Batang dalam pembangunan proyek PLTU ini,” tegas dia.
Sebagai informasi, Bhimasena Power Indonesia ditetapkan sebagai konsorsium yang memenangkan lelang proyek PLTU Batang. Anggota konsorsium berikut kepemilikannya terdiri dari PT Adaro Energy 34%, J-Power 34%, dan Itochu 32%. Proyek ini mendapatkan pendanaan dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
Nanang wijayanto
“Pembebasan lahan sudah selesai. Setelah itu, bisa financial closed kemudian dibangun,” ungkap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jarman di Jakarta kemarin. Awalnya PLTU Batang ditarget dapat beroperasi pada 2014. Namun, pengerjaan pembangunan proyek itu molor lantaran terganjal pembebasan lahan.
Proyek penting bagi kelistrikan Jawa-Bali ini memerlukan lahan seluas 226 hektare (ha). Menurut Jarman molornya waktu penyelesaian proyek itu tidak berdampak terhadap nilai investasi. Investasi proyek infrastruktur kelistrikan itu masih sekitar USD3,2 miliar (sekitar Rp38,4 triliun).
Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursidan Baldan sebelumnya mengatakan, masalah lahan yang mengganggu pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten Batang itu sudah teratasi. “Sudah selesai semua, saya sudah tanda tangan lima sertifikat lagi untuk bidang (tanah) yang tersisa.
Jadi, sudah 25 sertifikat yang sudah saya tanda tangani,” katanya. Ferry mengharapkan, dengan selesainya masalah lahan ini, proyek investasi kerja sama pemerintah dan swasta yang bermanfaat untuk menyediakan 30% distribusi listrik di wilayah Jawa dan sekitarnya ini bisa dimulai April mendatang.
Bupati Batang Yoyok Ryo Sudibyo menegaskan, pemerintah daerah mendukung penuh percepatan pembangunan PLTU Batang. Kehadiran proyek ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat Batang, terutama di wilayah-wilayah yang berada di sekitar area proyek.
“Kami berharap pembangunan PLTU Batang dapat segera dilaksanakan dan berkontribusi langsung bagi ekonomi Batang. Pemerintah Batang akan mendukung proyek ini, termasuk dalam hal pembebasan sisa lahan yang akan dilakukan oleh PLN,” tandasnya.
Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia Muhamad Effendi mengatakan, sebagai kontraktor pembangunan PLTU Batang, pihaknya siap mengerjakan proyek ini. Dia pun berkomitmen untuk segera mempercepat pembangunan proyek ini dan mengalirkan listrik bagi kebutuhan nasional. “Kami akan memaksimalkan potensi daerah Batang dalam pembangunan proyek PLTU ini,” tegas dia.
Sebagai informasi, Bhimasena Power Indonesia ditetapkan sebagai konsorsium yang memenangkan lelang proyek PLTU Batang. Anggota konsorsium berikut kepemilikannya terdiri dari PT Adaro Energy 34%, J-Power 34%, dan Itochu 32%. Proyek ini mendapatkan pendanaan dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
Nanang wijayanto
(bbg)