Wall Street Terkoreksi Dipicu Data Pekerjaan
A
A
A
NEW YORK - Indeks saham di Wall Street pada perdagangan Jumat waktu setempat berakhir terkoreksi setelah rilis kuatnya laporan pekerjaan bulanan.
Hal itu lantaran investor bertaruh bahwa dengan menguatnya data tersebut maka Federal Reserve (the Fed) akan segera menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Beberapa saham yang terkoreksi dalam adalah utilitas dan investasi real estat karena mereka merupakan investasi berimbal hasil tinggi yang akan menjadi kurang menarik setelah kenaikan suku bunga.
Sektor utilitas mencatat penurunan terburuk di indeks S&P 500, dengan penurunan 3,1% dan sektor ekuitas di indeks Dow Jones anjlok 3,2%.
Indeks S&P dan Dow berada di bawah tekanan karena telah mencapai rekor pada awal pekan setelah mencatatkan kinerja kuat pada Februari.
Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) naik menjadi 295 ribu pada bulan lalu, melampaui estimasi sebanyak 240 ribu. Sementara tingkat pengangguran turun menjadi 5,5% dari posisi Januari sebesar 5,7%.
Direktur Perdagangan dan Derivatif di Charles Schwab Randy Frederick mengatakan, data yang kuat tersebut dipandang sebagai patokan bahwa the Fed akan segera menaikkan suku bunganya.
"Anda harus berpikir bahwa laporan tersebut menambah tinggi kemungkinan suku bunga akan naik pada Juni," kata dia seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (7/3/2015.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 278,94 poin atau 1,54% ke 17.856,78; indeks S&P 500 kehilangan 29,78 poin atau 1,42% ke 2.071,26; dan Nasdaq Composite turun 55,44 poin atau 1,11% ke 4.927,37.
Sekitar 7,2 miliar saham ditransaksikan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata lima sesi perdagangan terakhir sebanyak 6,4 miliar lembar.
Hal itu lantaran investor bertaruh bahwa dengan menguatnya data tersebut maka Federal Reserve (the Fed) akan segera menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Beberapa saham yang terkoreksi dalam adalah utilitas dan investasi real estat karena mereka merupakan investasi berimbal hasil tinggi yang akan menjadi kurang menarik setelah kenaikan suku bunga.
Sektor utilitas mencatat penurunan terburuk di indeks S&P 500, dengan penurunan 3,1% dan sektor ekuitas di indeks Dow Jones anjlok 3,2%.
Indeks S&P dan Dow berada di bawah tekanan karena telah mencapai rekor pada awal pekan setelah mencatatkan kinerja kuat pada Februari.
Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) naik menjadi 295 ribu pada bulan lalu, melampaui estimasi sebanyak 240 ribu. Sementara tingkat pengangguran turun menjadi 5,5% dari posisi Januari sebesar 5,7%.
Direktur Perdagangan dan Derivatif di Charles Schwab Randy Frederick mengatakan, data yang kuat tersebut dipandang sebagai patokan bahwa the Fed akan segera menaikkan suku bunganya.
"Anda harus berpikir bahwa laporan tersebut menambah tinggi kemungkinan suku bunga akan naik pada Juni," kata dia seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (7/3/2015.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 278,94 poin atau 1,54% ke 17.856,78; indeks S&P 500 kehilangan 29,78 poin atau 1,42% ke 2.071,26; dan Nasdaq Composite turun 55,44 poin atau 1,11% ke 4.927,37.
Sekitar 7,2 miliar saham ditransaksikan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata lima sesi perdagangan terakhir sebanyak 6,4 miliar lembar.
(rna)