Rupiah Loyo, JK Tak Akan Contek ECB Longgarkan Moneter
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla (JK) menuturkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tidak lantas membuat pemerintah mencontek European Central Bank (ECB) untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Dia mengatakan, saat ini kebijakan moneter di Indonesia sudah cukup longgar. Bahkan beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%.
"Sekarang kan kita sudah termasuk yang longgar (kebijakan moneter), bunga sudah diturunin, macam-macam," ucapnya di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Menurutnya, melorotnya nilai tukar mata rupiah tersebut lebih banyak dipengaruhi efek eksternal karena menguatnya mata uang negeri Paman Sam tersebut.
"Ini kan efek dari luar yang paling banyak, dalam negeri juga tentu ada efeknya terhadap ekspor menurun, nilainya atau harga turun. Tapi, juga lebih banyak dari luar karena menguatnya dolar, karena Euro juga melemah," jelas JK.
Wapres menegaskan, pemerintah tidak akan kembali melonggarkan kebijakan moneternya. Sebab, jika terus dilonggarkan maka akan berpengaruh terhadap meroketnya angka inflasi.
"Ya kalau dilonggarin nanti terus inflasi lagi, lebih bahaya lagi. Itukan Eropa, kita tidak usah ikut, beda mereka malah krisis, itu hanya untuk Yunani, Jerman sampai yunani," pungkas dia.
Dia mengatakan, saat ini kebijakan moneter di Indonesia sudah cukup longgar. Bahkan beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%.
"Sekarang kan kita sudah termasuk yang longgar (kebijakan moneter), bunga sudah diturunin, macam-macam," ucapnya di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Menurutnya, melorotnya nilai tukar mata rupiah tersebut lebih banyak dipengaruhi efek eksternal karena menguatnya mata uang negeri Paman Sam tersebut.
"Ini kan efek dari luar yang paling banyak, dalam negeri juga tentu ada efeknya terhadap ekspor menurun, nilainya atau harga turun. Tapi, juga lebih banyak dari luar karena menguatnya dolar, karena Euro juga melemah," jelas JK.
Wapres menegaskan, pemerintah tidak akan kembali melonggarkan kebijakan moneternya. Sebab, jika terus dilonggarkan maka akan berpengaruh terhadap meroketnya angka inflasi.
"Ya kalau dilonggarin nanti terus inflasi lagi, lebih bahaya lagi. Itukan Eropa, kita tidak usah ikut, beda mereka malah krisis, itu hanya untuk Yunani, Jerman sampai yunani," pungkas dia.
(izz)