BRI Kembangkan Branchless Banking ke Papua
BRI Kembangkan Branchless Banking ke Papua
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berencana akan menyasar pengembangan bank tanpa kantor cabang (branchless banking) pada tahun ini yang dimulai dari wilayah Indonesia paling timur, Papua.
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, peluncuran branchless banking di Papua akan dilakukan bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai upaya agar masyarakat memiliki akses ke perbankan atau mengerti sistem keuangan.
"Kita akan launching pertama di Papua. Bersama dengan OJK kita ambil daerah paling timur," ujarnya di Gedung BRI, Jakarta, Kamis (19/3/2015).
Dia mengungkapkan, sebelum perseroan berencana memasang 35 ribu agen. Namun, mengingat tingginya antusias masyarakat, perseroan akan meningkatkan jumlah agen sampai 50 ribu.
"Kita tadinya mau dua desa satu agen. Tapi perkembangan minat dari nasabah BRI permintaan meningkat. Ada desa yang mengharapkan 2 sampai 3 agen per desa," jelas Asmawi.
Sementara itu, dia mengakui akses microfinance untuk pelaku usaha kecil dan menengah dapat memberikan dampak positif dari aspek keuangan dan sosial.
"Pasalnya, pada 1984, kami melakukan studi dampak sosial untuk mengukur sejauh mana imbas microfinance. Riset ini dijalankan tim Harvard Internasional Development termasuk Komisaris BRI Mustafa Abubakar ikut dalam riset ini," pungkasnya.
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, peluncuran branchless banking di Papua akan dilakukan bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai upaya agar masyarakat memiliki akses ke perbankan atau mengerti sistem keuangan.
"Kita akan launching pertama di Papua. Bersama dengan OJK kita ambil daerah paling timur," ujarnya di Gedung BRI, Jakarta, Kamis (19/3/2015).
Dia mengungkapkan, sebelum perseroan berencana memasang 35 ribu agen. Namun, mengingat tingginya antusias masyarakat, perseroan akan meningkatkan jumlah agen sampai 50 ribu.
"Kita tadinya mau dua desa satu agen. Tapi perkembangan minat dari nasabah BRI permintaan meningkat. Ada desa yang mengharapkan 2 sampai 3 agen per desa," jelas Asmawi.
Sementara itu, dia mengakui akses microfinance untuk pelaku usaha kecil dan menengah dapat memberikan dampak positif dari aspek keuangan dan sosial.
"Pasalnya, pada 1984, kami melakukan studi dampak sosial untuk mengukur sejauh mana imbas microfinance. Riset ini dijalankan tim Harvard Internasional Development termasuk Komisaris BRI Mustafa Abubakar ikut dalam riset ini," pungkasnya.
(izz)
Explore More