BI Sebut Inflasi Maret Terkendali
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara mengatakan, secara umum inflasi pada Maret 2015 terkendali ditopang kelompok volatile food yang masih mengalami deflasi, dan inflasi inti melambat. Inflasi pada Maret terutama bersumber dari kelompok administered prices.
"Bank Indonesia menilai perkembangan inflasi ini masih sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi 4,0±1% pada 2015. Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,83% (mtm) atau 11,49% (yoy), meningkat dari dua bulan sebelumnya yang secara berturut-turut mengalami deflasi," ujar Tirta, Rabu (4/1/2015).
Dia menyebutkan, inflasi administered prices terutama didorong kenaikan harga bensin premium, solar, elpiji 12 kg, serta harga bensin pertamax, seiring dengan kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar -0,83% (mtm) atau 5,87% (yoy), lebih rendah dari deflasi bulan sebelumnya sebesar -1,69% (mtm). Menurutnya, penyumbang terbesar deflasi adalah aneka cabai yang sedang mengalami panen di berbagai daerah, serta daging ayam ras dan telur ayam ras.
"Inflasi beras sedikit menurun dibandingkan bulan lalu karena mulai memasuki musim panen di berbagai daerah dengan puncak masa panen raya diperkirakan terjadi di bulan April," kata Tirta.
Di sisi lain, perkembangan inflasi inti masih menurun dari bulan lalu (0,34%, mtm) menjadi 0,29% (mtm) atau 5,04% (yoy), seiring permintaan domestik yang masih moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali serta penurunan harga komoditas global non minyak.
Tirta menyampaikan, Bank Indonesia terus mencermati berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhi inflasi, baik yang bersumber dari kelompok volatile food maupun dari administered prices, terutama terkait dengan perkembangan harga minyak dunia.
"Dalam rangka menjaga inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah," tandasnya.
"Bank Indonesia menilai perkembangan inflasi ini masih sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi 4,0±1% pada 2015. Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,83% (mtm) atau 11,49% (yoy), meningkat dari dua bulan sebelumnya yang secara berturut-turut mengalami deflasi," ujar Tirta, Rabu (4/1/2015).
Dia menyebutkan, inflasi administered prices terutama didorong kenaikan harga bensin premium, solar, elpiji 12 kg, serta harga bensin pertamax, seiring dengan kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar -0,83% (mtm) atau 5,87% (yoy), lebih rendah dari deflasi bulan sebelumnya sebesar -1,69% (mtm). Menurutnya, penyumbang terbesar deflasi adalah aneka cabai yang sedang mengalami panen di berbagai daerah, serta daging ayam ras dan telur ayam ras.
"Inflasi beras sedikit menurun dibandingkan bulan lalu karena mulai memasuki musim panen di berbagai daerah dengan puncak masa panen raya diperkirakan terjadi di bulan April," kata Tirta.
Di sisi lain, perkembangan inflasi inti masih menurun dari bulan lalu (0,34%, mtm) menjadi 0,29% (mtm) atau 5,04% (yoy), seiring permintaan domestik yang masih moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali serta penurunan harga komoditas global non minyak.
Tirta menyampaikan, Bank Indonesia terus mencermati berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhi inflasi, baik yang bersumber dari kelompok volatile food maupun dari administered prices, terutama terkait dengan perkembangan harga minyak dunia.
"Dalam rangka menjaga inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, Bank Indonesia senantiasa memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah," tandasnya.
(dmd)