Rilis Risalah The Fed Bikin Wall Street Naik Tipis
A
A
A
NEW YORK - Indeks saham di Wall Street pada perdagangan Rabu waktu setempat berakhir naik tipis setelah bergerak fluktuatif karena didukung rilis risalah pertemuan Federal Reserve AS (The Fed), yang menunjukkan bahwa bank sentral tetap pada rencananya menaikkan suku bunga tahun ini.
Indeks utama bergerak fluktuatif setelah pengumuman pertemuan The Fed karena pialang mencari petunjuk waktu kenaikan suku bunga.
Beberapa anggota The Fed mengharapkan data ekonomi yang akan datang akan mendukung kenaikan suku bunga pada awal Juni, sedangkan lainnya mengantisipasi kenaikan pada tahun ini karena menguatnya dolar AS (USD).
Sementara pelaku pasar mengharapkan kenaikan suku bunga pertama pada September atau setelahnya, mengingat data tenaga kerja pada Maret lalu di bawah perkiraan, menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Adapun bank sentral menyatakan hanya akan menaikkan suku bunga ketika data ekonomi cukup kuat.
"Juni akan datang sebagai kejutan. Jika Fed melakukan kebijakan moneter secara sewenang-wenang, akan merugikan pasar saham" kata ahli strategi investasi dan Direktur Alokasi Aset di RidgeWorth Investments Alan Gayle seperti dilansir dari Reuters, Kamis (9/4/2015).
Pasar saham mendapat dukungan dari aktivitas merger di sektor kesehatan, meskipun sektor energi melemah karena harga minyak mentah anjlok. Minyak mentah berjangka AS turun 6,6% menjadi USD50,42/barel.
Sektor energi di indeks S&P turun 1%, dengan saham Exxon Mobil kehilangan 2% menjadi USD84,06 dan Chevron Corp merosot 1,7% menjadi USD106,66.
Adapun indeks Dow Jones Industrial Average naik 27,09 poin atau 0,15% ke 17.902,51; indeks S&P 500 naik 5,57 poin atau 0,27% ke 2.081,9; dan Nasdaq Composite bertambah 40,59 poin atau 0,83% ke 4.950,82.
Sekitar 5,68 miliar lembar saham yang diperdagangkan di semua platform AS, di bawah rata-rata bulanan sebanyak 6,25 miliar lembar saham.
Indeks utama bergerak fluktuatif setelah pengumuman pertemuan The Fed karena pialang mencari petunjuk waktu kenaikan suku bunga.
Beberapa anggota The Fed mengharapkan data ekonomi yang akan datang akan mendukung kenaikan suku bunga pada awal Juni, sedangkan lainnya mengantisipasi kenaikan pada tahun ini karena menguatnya dolar AS (USD).
Sementara pelaku pasar mengharapkan kenaikan suku bunga pertama pada September atau setelahnya, mengingat data tenaga kerja pada Maret lalu di bawah perkiraan, menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Adapun bank sentral menyatakan hanya akan menaikkan suku bunga ketika data ekonomi cukup kuat.
"Juni akan datang sebagai kejutan. Jika Fed melakukan kebijakan moneter secara sewenang-wenang, akan merugikan pasar saham" kata ahli strategi investasi dan Direktur Alokasi Aset di RidgeWorth Investments Alan Gayle seperti dilansir dari Reuters, Kamis (9/4/2015).
Pasar saham mendapat dukungan dari aktivitas merger di sektor kesehatan, meskipun sektor energi melemah karena harga minyak mentah anjlok. Minyak mentah berjangka AS turun 6,6% menjadi USD50,42/barel.
Sektor energi di indeks S&P turun 1%, dengan saham Exxon Mobil kehilangan 2% menjadi USD84,06 dan Chevron Corp merosot 1,7% menjadi USD106,66.
Adapun indeks Dow Jones Industrial Average naik 27,09 poin atau 0,15% ke 17.902,51; indeks S&P 500 naik 5,57 poin atau 0,27% ke 2.081,9; dan Nasdaq Composite bertambah 40,59 poin atau 0,83% ke 4.950,82.
Sekitar 5,68 miliar lembar saham yang diperdagangkan di semua platform AS, di bawah rata-rata bulanan sebanyak 6,25 miliar lembar saham.
(rna)