Bank Dunia: Pelemahan Rupiah Rugikan Orang Kaya
A
A
A
JAKARTA - Ekonom World Bank (Bank Dunia) untuk Indonesia Alex Sienaert mengungkapkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) merugikan masyarakat kalangan menengah ke atas alias orang kaya.
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan mereka memiliki biaya hidup yang tinggi. Dari mulai menghabiskan uang untuk belanja sampai biaya pendidikan. Dengan melemahnya rupiah, konsumsi yang tidak berkurang menyebabkan mereka dalam kondisi tertekan.
"Ini mungkin berdampak negatif, bagi masyarakat menengah ke atas ini tidak baik untuk Anda," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (13/4/2015).
Kendati demikian, melemahnya daya konsumsi akibat pelemahan rupiah tidak perlu dikhawatirkan jika produksi bisa dilakukan dengan komponen dari dalam negeri.
"Untuk konsumsi barang-barang elektronik memang berkurang akibat dampak depresiasi rupiah. Tapi jika komponen lokal bisa mencapai 100% tidak akan memengaruhi rupiah dari segi impor bahan baku," jelas Alex.
Jika komponen tersebut sepenuhnya dari lokal maka dipastikan harganya tidak akan naik dan mengurangi konsumsi masyarakat. "Jika 100% produksi dari lokal, harga tidak akan meningkat akibat pelemahan rupiah," pungkasnya.
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan mereka memiliki biaya hidup yang tinggi. Dari mulai menghabiskan uang untuk belanja sampai biaya pendidikan. Dengan melemahnya rupiah, konsumsi yang tidak berkurang menyebabkan mereka dalam kondisi tertekan.
"Ini mungkin berdampak negatif, bagi masyarakat menengah ke atas ini tidak baik untuk Anda," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (13/4/2015).
Kendati demikian, melemahnya daya konsumsi akibat pelemahan rupiah tidak perlu dikhawatirkan jika produksi bisa dilakukan dengan komponen dari dalam negeri.
"Untuk konsumsi barang-barang elektronik memang berkurang akibat dampak depresiasi rupiah. Tapi jika komponen lokal bisa mencapai 100% tidak akan memengaruhi rupiah dari segi impor bahan baku," jelas Alex.
Jika komponen tersebut sepenuhnya dari lokal maka dipastikan harganya tidak akan naik dan mengurangi konsumsi masyarakat. "Jika 100% produksi dari lokal, harga tidak akan meningkat akibat pelemahan rupiah," pungkasnya.
(izz)