Pertumbuhan Kredit Baru Kuartal I Melambat
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan permintaan kredit baru pada kuartal I/2015 melambat dibanding kuartal sebelumnya. Indikasi tersebut tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 13,7%, atau lebih rendah dari 84,0% pada kuartal sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara mengatakan, perlambatan ini disebabkan permintaan pembiayaan yang rendah pada awal tahun, dan kebijakan penyaluran kredit baru yang lebih selektif untuk menekan peningkatan risiko kredit bermasalah atau non performing loans (NPL).
Berdasarkan survei BI, potensi peningkatan risiko penyaluran kredit tersebut tercermin dari tingkat NPL yang cenderung meningkat pada Januari dan Februari 2015.
Menurutnya, berdasarkan jenis penggunaan, melambatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan kredit konsumsi dan perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja.
"Sementara itu, menurunnya pertumbuhan permintaan kredit konsumsi terjadi pada kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor (KKB)," ujar Tirta di Jakarta, Senin (13/4/2015).
Penurunan permintaan KKB tersebut, lanjut dia, sejalan dengan menurunnya penjualan mobil dan sepeda motor pada awal 2015. Rata-rata penjualan mobil dan sepeda motor pada kuartal I/2015 (Januari-Februari) masing-masing menurun sebesar 0,3% dan 11,1% (qtq) dibandingkan kuartal sebelumnya.
Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan permintaan kredit baru terjadi pada enam sektor ekonomi, dengan penurunan terbesar terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial, budaya, hiburan dan perorangan lainnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara mengatakan, perlambatan ini disebabkan permintaan pembiayaan yang rendah pada awal tahun, dan kebijakan penyaluran kredit baru yang lebih selektif untuk menekan peningkatan risiko kredit bermasalah atau non performing loans (NPL).
Berdasarkan survei BI, potensi peningkatan risiko penyaluran kredit tersebut tercermin dari tingkat NPL yang cenderung meningkat pada Januari dan Februari 2015.
Menurutnya, berdasarkan jenis penggunaan, melambatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan kredit konsumsi dan perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja.
"Sementara itu, menurunnya pertumbuhan permintaan kredit konsumsi terjadi pada kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor (KKB)," ujar Tirta di Jakarta, Senin (13/4/2015).
Penurunan permintaan KKB tersebut, lanjut dia, sejalan dengan menurunnya penjualan mobil dan sepeda motor pada awal 2015. Rata-rata penjualan mobil dan sepeda motor pada kuartal I/2015 (Januari-Februari) masing-masing menurun sebesar 0,3% dan 11,1% (qtq) dibandingkan kuartal sebelumnya.
Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan permintaan kredit baru terjadi pada enam sektor ekonomi, dengan penurunan terbesar terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial, budaya, hiburan dan perorangan lainnya.
(dmd)