Jokowi Malam Ini Evaluasi Kinerja Menteri
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) malam ini akan mengevaluasi kinerja seluruh menteri Kabinet Kerja. Evaluasi dilakukan di Istana Negara, mulai pukul 19.00 WIB.
Dalam agenda Biro Pers Istana yang diterima Sindonews, Senin (13/4/2015), mantan Gubernur DKI Jakarta ini bakal memberikan arahan terkait kinerja para pembantunya selama hampir enam bulan berjalan.
Pengarahan ini dilakukan Jokowi di tengah desakan perombakan (reshuffle) kabinet, terutama menteri di bidang perekonomian lantaran situasi ekonomi berkali-kali sempat goyang.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah kalangan menilai kinerja menteri bidang ekonomi Jokowi-JK prestasinya jeblok.
Pengamat ekonomi, Drajad Wibowo mengatakan, rapor merah para pembantu Jokowi bidang ekonomi tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi. Salah satunya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan sekitar 5% atau di bawah target tahun ini sebesar 5,7%.
"Dari sisi pertumbuhan, salah satu sumber pertumbuhan itu belanja negara. Nah, cuma sekarang ini kan betul-betul tersendat, sehingga arus masuk uang ke perekonomian berkurang. Jadi sekarang banyak yang perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 jauh di bawah target atau sekitar 5%," tuturnya kepada Sindonews baru-baru ini.
Bahkan, lanjut mantan Tim Ekonomi Prabowo ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 bisa di bawah 5% jika pemerintah kurang hati-hati. Pasalnya, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai sangat mengecewakan.
Drajad melanjutkan, dari sisi stabilitas makro dan fiskal tidak kalah mengecewakannya. Ini terlihat dari kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus terdepresiasi hingga menembus level Rp13.000/USD, melampaui target dalam APBN-P 2015 sebesar Rp12.500/USD.
"Ekspor kita juga turun, kemudian harga-harga naik, inflasi relatif besar dan paling mengkhawatirkan itu APBN terancam krisis," ucap dia.
Krisis yang mengancam APBN Indonesia dipicu oleh penerimaan negara melalui perpajakan yang cenderung di bawah target dalam tiga bulan terakhir.
"Kan baru 13%. Malah Menteri Keuangan (Bambang Brodjonegoro) bilang baru 10% dalam tiga bulan. Jadi itu dari sisi stabilitas juga merosot," tegas Drajad.
Dia menambahkan, meskipun saat ini tingkat pemerataan yang dilihat dari lapangan pekerjaan ataupun indeks gini rasio belum dirilis, namun dengan terganggunya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas Indonesia pasti akan berpengaruh kepada tingkat pemerataan di Tanah Air.
"Kalau pertumbuhan dan stabilitas terganggu, pemerataan akan lebih jelek juga. Dengan indikator objektif itu, memang kinerja tim ekonomi jeblok selama dua kuartal," tandas Drajad.
Dalam agenda Biro Pers Istana yang diterima Sindonews, Senin (13/4/2015), mantan Gubernur DKI Jakarta ini bakal memberikan arahan terkait kinerja para pembantunya selama hampir enam bulan berjalan.
Pengarahan ini dilakukan Jokowi di tengah desakan perombakan (reshuffle) kabinet, terutama menteri di bidang perekonomian lantaran situasi ekonomi berkali-kali sempat goyang.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah kalangan menilai kinerja menteri bidang ekonomi Jokowi-JK prestasinya jeblok.
Pengamat ekonomi, Drajad Wibowo mengatakan, rapor merah para pembantu Jokowi bidang ekonomi tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi. Salah satunya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan sekitar 5% atau di bawah target tahun ini sebesar 5,7%.
"Dari sisi pertumbuhan, salah satu sumber pertumbuhan itu belanja negara. Nah, cuma sekarang ini kan betul-betul tersendat, sehingga arus masuk uang ke perekonomian berkurang. Jadi sekarang banyak yang perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 jauh di bawah target atau sekitar 5%," tuturnya kepada Sindonews baru-baru ini.
Bahkan, lanjut mantan Tim Ekonomi Prabowo ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 bisa di bawah 5% jika pemerintah kurang hati-hati. Pasalnya, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai sangat mengecewakan.
Drajad melanjutkan, dari sisi stabilitas makro dan fiskal tidak kalah mengecewakannya. Ini terlihat dari kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus terdepresiasi hingga menembus level Rp13.000/USD, melampaui target dalam APBN-P 2015 sebesar Rp12.500/USD.
"Ekspor kita juga turun, kemudian harga-harga naik, inflasi relatif besar dan paling mengkhawatirkan itu APBN terancam krisis," ucap dia.
Krisis yang mengancam APBN Indonesia dipicu oleh penerimaan negara melalui perpajakan yang cenderung di bawah target dalam tiga bulan terakhir.
"Kan baru 13%. Malah Menteri Keuangan (Bambang Brodjonegoro) bilang baru 10% dalam tiga bulan. Jadi itu dari sisi stabilitas juga merosot," tegas Drajad.
Dia menambahkan, meskipun saat ini tingkat pemerataan yang dilihat dari lapangan pekerjaan ataupun indeks gini rasio belum dirilis, namun dengan terganggunya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas Indonesia pasti akan berpengaruh kepada tingkat pemerataan di Tanah Air.
"Kalau pertumbuhan dan stabilitas terganggu, pemerataan akan lebih jelek juga. Dengan indikator objektif itu, memang kinerja tim ekonomi jeblok selama dua kuartal," tandas Drajad.
(dmd)