OPEC Antisipasi Produksi Minyak Ekstra Iran

Rabu, 22 April 2015 - 11:18 WIB
OPEC Antisipasi Produksi Minyak Ekstra Iran
OPEC Antisipasi Produksi Minyak Ekstra Iran
A A A
ANKARA - Anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) harus bersiap dengan produksi minyak mentah ekstra dari Iran saat sanksi Barat terhadap Teheran dicabut.

Menteri Minyak Iran Bijan Namdar Zanganeh mengungkapkan hal itu kemarin, dikutip kantor berita IRNA. ”Kami berharap, anggota OPEC membuka jalan bagi peningkatan produksi minyak Iran yang akan mencapai pasar global saat sanksi dicabut,” paparnya saat rapat dengan Menteri Minyak Venezuela Asdrubal Chavez di Teheran.

Iran yang pernah menjadi produsen minyak terbesar kedua OPEC setelah Arab Saudi, berharap meningkatkan ekspor minyak mentah hingga 1 juta barel per hari (barrels per day/bpd) jika Teheran dan enam kekuatan dunia menyelesaikan kesepakatan nuklir pada batas waktu 30 Juni. Berbagai sanksi yang diberlakukan Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) mengurangi ekspor minyak Iran hingga hanya sekitar 1 juta bpd sejak 2012.

Harga minyak yang lebih rendah juga merugikan para anggota OPEC seperti Iran yang berulang kali meminta pemangkasan output produksi harian OPEC. Meski demikian, anggota OPEC dari negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, menolak memangkas output yang saat ini 30 juta bpd.

Iran menjelaskan, peningkatan produksi minyak tidak akan mengakibatkan penurunan harga. Kendati demikian, sejauh ini tidak ada tanda adanya keinginan anggota OPEC lainnya untuk memangkas suplai. Rapat OPEC selanjutnya dijadwalkan pada 5 Juni mendatang.

Bulan lalu, Arab Saudi berupaya meminimalkan dampak penurunan harga minyak terhadap perekonomian negaranya. Raja Salman mengungkapkan hal itu dalam pidatonya tentang berbagai masalah dalam pemerintahannya. Raja Salman juga berjanji untuk lebih mendiversifikasi perekonomian.

”Harga yang rendah di pasar minyak memiliki dampak terhadap pendapatan kerajaan. Meski demikian, kami berusaha meminimalkan dampak terhadap pembangunan,” kata Salman, 79, dalam pidato penting pertama sejak memegang tahta pada 23 Januari lalu, dikutip kantor berita AFP .

Selama semester II/2014, harga minyak mentah global turun sekitar setengah dari harga di atas USD100 per barel. Kerajaan Arab Saudi pada Desember lalu mengumumkan anggaran 2015 yang memasukkan peningkatan belanja menjadi USD229,3 miliar dengan proyeksi penurunan pendapatan menjadi USD190,7 miliar. Jumlah tersebut mengakibatkan defisit anggaran pertama di Arab Saudi sejak 2011.

Arab Saudi merupakan negara dengan perekonomian terbesar di negara-negara Arab, dan banyak mengeluarkan belanja untuk kesehatan, pendidikan dan layanan sosial serta infrastruktur. Sejumlah pejabat menjelaskan, devisa kerajaan yang diperkirakan sebesar USD750 miliar membuat negara itu mampu menghadapi penurunan harga minyak dunia. Negara itu merupakan eksportir minyak mentah terbesar di dunia.

Minyak pun menyuplai 90% pendapatan pemerintah. Salman menjelaskan pada para pejabat pemerintah bahwa pencarian deposit minyak, gas dan sumber daya alam lainnya di Arab Saudi akan terus dilakukan.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7309 seconds (0.1#10.140)