Kerja Sama Bilateral Diperkuat
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah negara menyatakan keinginan untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia, di berbagai sektor ekonomi.
Wakil Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa seusai mengadakan pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla di sela-sela Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) Ke-60 di Jakarta mengatakan, banyak peluang kerja sama yang bisa dilakukan kedua negara. Menurut dia, penguatan kerja sama bilateral Indonesia- Afrika Selatan adalah impian bersama yang perlu diwujudkan kedua negara.
”Kami ingin memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara, dan sektor energi merupakan salah satu area yang kami ingin seriusi,” ujarnya kemarin. Menurut Cyril, terdapat banyak peluang kerja sama di bidang energi. Dia mencontohkan, Indonesia memiliki banyak batu bara, demikian pula Afrika Selatan. Di sisi lain, kedua negara juga masih perlu meningkatkan kapasitas pembangkit listriknya. ”Kami mencari diversifikasi energi untuk pembangkit listrik. Ini peluang yang bisa dikerjasamakan,” ucapnya.
Cyril mengungkapkan, pihaknya juga sangat terbuka jika ada perusahaan pertambangan di Afrika Selatan yang ingin berinvestasi di bidang energi di Indonesia, tak terkecuali dalam hal pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter). Terkait dengan itu, Cyril berharap, Dewan Bisnis Asia- Afrika (Asian-Africa Business Council/AABC) yang baru dibentuk akan membawa hubungan ekonomi yang lebih baik antara dua benua. Pada kesempatan yang sama Wapres Jusuf Kalla mengatakan, hubungan ekonomi Indonesia dengan Afrika Selatan relatif masih rendah.
Untuk itu, Indonesia akan berupaya mendorong peningkatan kerja sama di bidang energi dan bidang industri lainnya. Sebelumnya, seusai menerima kunjungan kehormatan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Afrika Selatan Rob Davies, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin juga mengatakan bahwa Afrika Selatan meminta Indonesia meningkatkan investasinya di negara tersebut.
”Sejauh ini sudah ada beberapa korporasi kita yang menanam modal di Afsel, seperti Indofood,” kata Menperin. Dia menuturkan, kedua negara memiliki banyak kesamaan, di antaranya tengah memacu industri dan membuka pintu bagi investasi asing. Afsel juga memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan jumlah penduduk besar, seperti halnya Indonesia.
”Kita juga samasama terus memperkuat sektor industri, terutama hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan baku yang dihasilkan,” ujarnya. Karena itu, kedua negara berminat untuk saling tukar pengetahuan, antara lain di bidang pertambangan emas dan mineral lainnya yang dikuasai Afsel. ”Mereka bisa memberi pelatihan dan kerja sama lainnya,” ujar Saleh. Selain dengan Afrika Selatan, Wapres Jusuf Kalla kemarin juga melakukan pertemuan bilateral dengan perwakilan sejumlah negara, di antaranya Korea Selatan (Korsel), Turki, dan Rwanda.
Pertemuan diwarnai pembicaraan seputar langkah membangun kerja sama bilateral yang lebih erat. Dengan Korsel misalnya, Indonesia mendapat tawaran untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja muda Indonesia yang ingin bekerja atau berlatih di perusahaan- perusahaan di Negeri Ginseng. Sementara, pertemuan dengan Perdana Menteri Rwanda Anastase Murekezi disepakati untuk memperkuat hubungan bilateral perdagangan dan investasi, kerja sama teknis dan sosial budaya.
Di bagian lain, Indonesia juga akan menggarap potensi perdagangan dengan Iran untuk mengoptimalkan peta ekonomi baru di Timur Tengah. Duta Besar RI untuk Iran Dian Wirengjurit mengatakan, pemerintah akan mengirimkan perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Bank Indonesia (BI) ke Iran untuk membahas kemungkinan sejumlah kerja sama ekonomi termasuk di bidang energi. ”Iran memiliki komoditas yang dibutuhkan rakyat Indonesia. Sebut saja minyak dan gas (migas) dan produk petrokimia seperti aspal,” ujar dia.
Dia menambahkan, di sektor energi, Indonesia masih sangat membutuhkan impor minyak karena pasokan dalam negeri hanya dapat memenuhi separuhnya.
Inda susanti/ muh shamil
Wakil Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa seusai mengadakan pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla di sela-sela Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) Ke-60 di Jakarta mengatakan, banyak peluang kerja sama yang bisa dilakukan kedua negara. Menurut dia, penguatan kerja sama bilateral Indonesia- Afrika Selatan adalah impian bersama yang perlu diwujudkan kedua negara.
”Kami ingin memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara, dan sektor energi merupakan salah satu area yang kami ingin seriusi,” ujarnya kemarin. Menurut Cyril, terdapat banyak peluang kerja sama di bidang energi. Dia mencontohkan, Indonesia memiliki banyak batu bara, demikian pula Afrika Selatan. Di sisi lain, kedua negara juga masih perlu meningkatkan kapasitas pembangkit listriknya. ”Kami mencari diversifikasi energi untuk pembangkit listrik. Ini peluang yang bisa dikerjasamakan,” ucapnya.
Cyril mengungkapkan, pihaknya juga sangat terbuka jika ada perusahaan pertambangan di Afrika Selatan yang ingin berinvestasi di bidang energi di Indonesia, tak terkecuali dalam hal pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter). Terkait dengan itu, Cyril berharap, Dewan Bisnis Asia- Afrika (Asian-Africa Business Council/AABC) yang baru dibentuk akan membawa hubungan ekonomi yang lebih baik antara dua benua. Pada kesempatan yang sama Wapres Jusuf Kalla mengatakan, hubungan ekonomi Indonesia dengan Afrika Selatan relatif masih rendah.
Untuk itu, Indonesia akan berupaya mendorong peningkatan kerja sama di bidang energi dan bidang industri lainnya. Sebelumnya, seusai menerima kunjungan kehormatan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Afrika Selatan Rob Davies, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin juga mengatakan bahwa Afrika Selatan meminta Indonesia meningkatkan investasinya di negara tersebut.
”Sejauh ini sudah ada beberapa korporasi kita yang menanam modal di Afsel, seperti Indofood,” kata Menperin. Dia menuturkan, kedua negara memiliki banyak kesamaan, di antaranya tengah memacu industri dan membuka pintu bagi investasi asing. Afsel juga memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan jumlah penduduk besar, seperti halnya Indonesia.
”Kita juga samasama terus memperkuat sektor industri, terutama hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan baku yang dihasilkan,” ujarnya. Karena itu, kedua negara berminat untuk saling tukar pengetahuan, antara lain di bidang pertambangan emas dan mineral lainnya yang dikuasai Afsel. ”Mereka bisa memberi pelatihan dan kerja sama lainnya,” ujar Saleh. Selain dengan Afrika Selatan, Wapres Jusuf Kalla kemarin juga melakukan pertemuan bilateral dengan perwakilan sejumlah negara, di antaranya Korea Selatan (Korsel), Turki, dan Rwanda.
Pertemuan diwarnai pembicaraan seputar langkah membangun kerja sama bilateral yang lebih erat. Dengan Korsel misalnya, Indonesia mendapat tawaran untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja muda Indonesia yang ingin bekerja atau berlatih di perusahaan- perusahaan di Negeri Ginseng. Sementara, pertemuan dengan Perdana Menteri Rwanda Anastase Murekezi disepakati untuk memperkuat hubungan bilateral perdagangan dan investasi, kerja sama teknis dan sosial budaya.
Di bagian lain, Indonesia juga akan menggarap potensi perdagangan dengan Iran untuk mengoptimalkan peta ekonomi baru di Timur Tengah. Duta Besar RI untuk Iran Dian Wirengjurit mengatakan, pemerintah akan mengirimkan perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Bank Indonesia (BI) ke Iran untuk membahas kemungkinan sejumlah kerja sama ekonomi termasuk di bidang energi. ”Iran memiliki komoditas yang dibutuhkan rakyat Indonesia. Sebut saja minyak dan gas (migas) dan produk petrokimia seperti aspal,” ujar dia.
Dia menambahkan, di sektor energi, Indonesia masih sangat membutuhkan impor minyak karena pasokan dalam negeri hanya dapat memenuhi separuhnya.
Inda susanti/ muh shamil
(ars)