China Tak Berminat Garap Energi Terbarukan di RI
A
A
A
JAKARTA - Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengungkapkan, belum ada minat China melakukan investasi di sektor energi baru dan terbarukan.
Dia menuturkan, peluang investasi dari Negeri Tirai Bambu itu tidak menyasar seluruh sektor. Rencana pemerintah memprioritaskan pembangunan energi baru dan terbarukan belum mampu menarik minat China.
"China belum ada minat investasi geothermal (energi panas bumi). Mungkin karena belum tahu," jelasnya di Jakarta, Minggu (26/4/2015).
Dia menduga alasan lain belum minatnya menggarap sektor energi ini karena China sedang bermasalah dengan sektor kelistrikan. Kabar terbaru menyebutkan pemerintah China mendesak untuk memperbaiki kualitas listrik mereka. (Baca: Perbankan China Beri RI Pinjaman Rp645 Triliun)
Sebab itu, kapasitas pembangkit listrik yang masuk dalam Fast Track Progamme (FTP) I sebesar 10.000 mega watt (MW) yang dibangun kontraktor asal China kualitasnya dinilai buruk. Kapasitas produksi pembangkit listrik yang dibangun hanya 50%. (Baca: Keterlibatan Asing di Infratruktur Strategis Rugikan Negara)
"Tentunya kapasitas ini jauh lebih rendah daripada pembangkit listrik yang dikerjakan oleh kontraktor Jerman, Prancis, atau Amerika Serikat (AS) yang mencapai 80%. Hasil distribusi listrik (mereka) tidak maksimal," pungkasnya.
(Baca: Buka Jalur Sutra, RI Siap-siap Kebanjiran Produk China)
Dia menuturkan, peluang investasi dari Negeri Tirai Bambu itu tidak menyasar seluruh sektor. Rencana pemerintah memprioritaskan pembangunan energi baru dan terbarukan belum mampu menarik minat China.
"China belum ada minat investasi geothermal (energi panas bumi). Mungkin karena belum tahu," jelasnya di Jakarta, Minggu (26/4/2015).
Dia menduga alasan lain belum minatnya menggarap sektor energi ini karena China sedang bermasalah dengan sektor kelistrikan. Kabar terbaru menyebutkan pemerintah China mendesak untuk memperbaiki kualitas listrik mereka. (Baca: Perbankan China Beri RI Pinjaman Rp645 Triliun)
Sebab itu, kapasitas pembangkit listrik yang masuk dalam Fast Track Progamme (FTP) I sebesar 10.000 mega watt (MW) yang dibangun kontraktor asal China kualitasnya dinilai buruk. Kapasitas produksi pembangkit listrik yang dibangun hanya 50%. (Baca: Keterlibatan Asing di Infratruktur Strategis Rugikan Negara)
"Tentunya kapasitas ini jauh lebih rendah daripada pembangkit listrik yang dikerjakan oleh kontraktor Jerman, Prancis, atau Amerika Serikat (AS) yang mencapai 80%. Hasil distribusi listrik (mereka) tidak maksimal," pungkasnya.
(Baca: Buka Jalur Sutra, RI Siap-siap Kebanjiran Produk China)
(dmd)