Inflasi Tinggi Sebabkan RI Kalah Saing di Negara ASEAN
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, tingginya inflasi di Indonesia membuat negara ini kalah bersaing dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Inflasi tinggi tersebut menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan menjadi tinggi karena terbebdani biaya bunga dan lainnya.
Menurutnya, jika inflasi tinggi maka akan memengaruhi pendapatan masyarakat yang nilainya tetap. Termasuk meningkatkan ketidakpastian bagi pengusaha dalam menghitung harga jual produk seiring perubahan harga barang.
Inflasi akan dipengaruhi oleh gejolak harga pangan dan bahan bakar minyak (BBM). "Inflasi yang tinggi juga akan memicu tindakan spekulatif untuk mempertahankan daya beli. Para pelaku ekonomi akan membeli banyak barang dan melakukan penimbunan, karena khawatir harga barang naik lagi," ujarnya di Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Agus menuturkan, jika harga pangan tinggi dan menimbulkan inflasi, maka produk Indonesia tidak dapat bersaing profesional dengan barang negara lain yang catatan inflasinya rendah.
"Kita itu, inflasinya termasuk tinggi, karena saat harga BBM naik memicu inflasi melambung. Di Filiphina 5%-10% tahun ini inflasi bisa di bawah 5%. Ini tantangan kita, karena bisa menyulitkan Indonesia untuk menang dari negara kawasan ASEAN karena inflasi tinggi dari gejolak harga pangan dan harga yang diatur pemerintah," paparnya.
Dia mengungkapna, berdasarkan data, inflasi Indonesia pada periode 2013 dan 2014 menyentuh 8,3%, sementara inflasi tahunan Maret secara Yoy sebesar 6,3%. Sementara Filipina berhasil menekan inflasi 0,1%, Singapura 0,39% dan Thailand membukukan deflasi 0,57%.
Menurutnya, jika inflasi tinggi maka akan memengaruhi pendapatan masyarakat yang nilainya tetap. Termasuk meningkatkan ketidakpastian bagi pengusaha dalam menghitung harga jual produk seiring perubahan harga barang.
Inflasi akan dipengaruhi oleh gejolak harga pangan dan bahan bakar minyak (BBM). "Inflasi yang tinggi juga akan memicu tindakan spekulatif untuk mempertahankan daya beli. Para pelaku ekonomi akan membeli banyak barang dan melakukan penimbunan, karena khawatir harga barang naik lagi," ujarnya di Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Agus menuturkan, jika harga pangan tinggi dan menimbulkan inflasi, maka produk Indonesia tidak dapat bersaing profesional dengan barang negara lain yang catatan inflasinya rendah.
"Kita itu, inflasinya termasuk tinggi, karena saat harga BBM naik memicu inflasi melambung. Di Filiphina 5%-10% tahun ini inflasi bisa di bawah 5%. Ini tantangan kita, karena bisa menyulitkan Indonesia untuk menang dari negara kawasan ASEAN karena inflasi tinggi dari gejolak harga pangan dan harga yang diatur pemerintah," paparnya.
Dia mengungkapna, berdasarkan data, inflasi Indonesia pada periode 2013 dan 2014 menyentuh 8,3%, sementara inflasi tahunan Maret secara Yoy sebesar 6,3%. Sementara Filipina berhasil menekan inflasi 0,1%, Singapura 0,39% dan Thailand membukukan deflasi 0,57%.
(izz)