Produksi Industri Jepang Turun 0,3% di Maret
A
A
A
TOKYO - Produksi industri Jepang turun 0,3% pada Maret, di bawah perkiraan dalam jajak pendapatan Reuters sebesar 2,3%.
Ekonom di Capital Economics Marcel Thieliant mengatakan, produksi industri Jepang pada bulan lalu jatuh dari yang diharapkan dan menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) kuartal terakhir tetap solid.
"Dengan demikian, akan memberikan alasan bank sentral Jepang (BoJ) meninggalkan rencananya untuk tak mengubah kebijakan moneter pada pertemuan hari ini," kata dia seperti dilansir dari CNBC, Kamis (30/4/2015).
Sementara sepanjang kuartal I tahun ini, produksi industri naik 1,7%, sekitar dua kali lipat dibanding kuartal sebelumnya sebesar 0,8%.
"Kita cenderung berpikir produksi industri pada kuartal I karena meningkatnya ekspor pengiriman ke AS, terutama untuk produk terkait automotif," tulis Credit Suisse dalam sebuah catatannya.
Kendati demikian, indikator survei PMI Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa siklus produksi global akan kehilangan momentum pada musim semi ini, yang berarti produksi industri Jepang juga mencapai puncaknya pada paruh pertama.
Data Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang menyatakan bahwa produsen memperkirakan produksi April akan naik 2,1%, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,6%.
"Perusahaan cenderung memasang target produksi lebih tinggi ke depan, sehingga hasil aktual mungkin akan lebih lemah. Memang perkiraan yang cepat dari PMI manufaktur jatuh terendah tahun ini pada Maret, konsisten dengan produksi industri yang stagnan," tutur Thieliant.
Pada April 2013, bank sentral Jepang meluncurkan program pelonggaran kuantitatif, sebagai bagian dari langkah kebijakan abenomics, yang diluncurkan Perdana Menteri Shinzo Abe demi memulihkan ekonomi negeri Sakura tersebut.
Perekonomian akan kolaps jika konsumen berhenti belanja menyusul kenaikan pajak konsumsi nasional hingga 8% yang mulai berlaku April lalu, memaksa pemerintah untuk menunda pajak penjualan. Penjualan retail Jepang untuk Maret, jatuh 9,7%, jauh di bawah ekspektasi.
Ekonom di Capital Economics Marcel Thieliant mengatakan, produksi industri Jepang pada bulan lalu jatuh dari yang diharapkan dan menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) kuartal terakhir tetap solid.
"Dengan demikian, akan memberikan alasan bank sentral Jepang (BoJ) meninggalkan rencananya untuk tak mengubah kebijakan moneter pada pertemuan hari ini," kata dia seperti dilansir dari CNBC, Kamis (30/4/2015).
Sementara sepanjang kuartal I tahun ini, produksi industri naik 1,7%, sekitar dua kali lipat dibanding kuartal sebelumnya sebesar 0,8%.
"Kita cenderung berpikir produksi industri pada kuartal I karena meningkatnya ekspor pengiriman ke AS, terutama untuk produk terkait automotif," tulis Credit Suisse dalam sebuah catatannya.
Kendati demikian, indikator survei PMI Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa siklus produksi global akan kehilangan momentum pada musim semi ini, yang berarti produksi industri Jepang juga mencapai puncaknya pada paruh pertama.
Data Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang menyatakan bahwa produsen memperkirakan produksi April akan naik 2,1%, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,6%.
"Perusahaan cenderung memasang target produksi lebih tinggi ke depan, sehingga hasil aktual mungkin akan lebih lemah. Memang perkiraan yang cepat dari PMI manufaktur jatuh terendah tahun ini pada Maret, konsisten dengan produksi industri yang stagnan," tutur Thieliant.
Pada April 2013, bank sentral Jepang meluncurkan program pelonggaran kuantitatif, sebagai bagian dari langkah kebijakan abenomics, yang diluncurkan Perdana Menteri Shinzo Abe demi memulihkan ekonomi negeri Sakura tersebut.
Perekonomian akan kolaps jika konsumen berhenti belanja menyusul kenaikan pajak konsumsi nasional hingga 8% yang mulai berlaku April lalu, memaksa pemerintah untuk menunda pajak penjualan. Penjualan retail Jepang untuk Maret, jatuh 9,7%, jauh di bawah ekspektasi.
(rna)