Kenaikan Harga Bakal Kerek Inflasi April di Atas Maret
A
A
A
JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kirayanto memprediksi, inflasi April 2015 akan berada pada kisaran 0,3%. Angka ini melampaui Maret, yang hanya 0,17%.
Sementara inflasi tahunan (year on year/yoy), dia memperkirakan berada pada level 6,4%. Ryan menjelaskan, proyeksi meningkatnya inflasi pada bulan lalu dibanding bulan sebelumnya karena adanya penyesuaian harga-harga, seperti naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
"Pemerintah kan menaikkan harga BBM Rp500/liter. Itu pengaruh. Kemudian, rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang bertahap dan elpiji 12 kg juga ikut mendorong kenaikan harga-harga," ungkap dia kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (2/5/2015)
Faktor lain yang turut mendukung kenaikan inflasi adalah imbas kenaikan harga tersebut terhadap kelompok bahan pangan. Di tambah, komoditi beras yang pada beberapa waktu lalu juga sempat mengalami kekosongan suplai, sehingga menyebabkan harganya melonjak.
Faktor selanjutnya, adanya kondisi inflasi karena impor (importir inflation) karena pelemahan mata uang rupiah terhadap USD.
"Meski impor kita masih ada, namun menurun. Itu barang-barang yang kita masukkan dari luar ke dalam juga mengandung faktor inflatoir yang namanya importir inflation," tuturnya.
Apalagi, lanjut dia, rupiah sedang mengalami masa-masa sulit atau tertekan, mengakibatkan harga barang impor menjadi tidak stabil.
"Kalau kita impor barang, harga barang dalam rupiah menjadi mahal. Jadi pengusaha menaikkan harga karena alasannya barangnya impor," imbuh Ryan.
Sekadar informasi, Indonesia pada Januari mengalami deflasi sebesar 0,24% dan pada Februari 0,36%. Namun pada Maret, terjadi inflasi sebesar 0,17% karena naiknya harga BBM dan transportasi.
(Baca: Target Ekonomi Sulit Dicapai Meski 10 Malaikat Turun)
Sementara inflasi tahunan (year on year/yoy), dia memperkirakan berada pada level 6,4%. Ryan menjelaskan, proyeksi meningkatnya inflasi pada bulan lalu dibanding bulan sebelumnya karena adanya penyesuaian harga-harga, seperti naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
"Pemerintah kan menaikkan harga BBM Rp500/liter. Itu pengaruh. Kemudian, rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang bertahap dan elpiji 12 kg juga ikut mendorong kenaikan harga-harga," ungkap dia kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (2/5/2015)
Faktor lain yang turut mendukung kenaikan inflasi adalah imbas kenaikan harga tersebut terhadap kelompok bahan pangan. Di tambah, komoditi beras yang pada beberapa waktu lalu juga sempat mengalami kekosongan suplai, sehingga menyebabkan harganya melonjak.
Faktor selanjutnya, adanya kondisi inflasi karena impor (importir inflation) karena pelemahan mata uang rupiah terhadap USD.
"Meski impor kita masih ada, namun menurun. Itu barang-barang yang kita masukkan dari luar ke dalam juga mengandung faktor inflatoir yang namanya importir inflation," tuturnya.
Apalagi, lanjut dia, rupiah sedang mengalami masa-masa sulit atau tertekan, mengakibatkan harga barang impor menjadi tidak stabil.
"Kalau kita impor barang, harga barang dalam rupiah menjadi mahal. Jadi pengusaha menaikkan harga karena alasannya barangnya impor," imbuh Ryan.
Sekadar informasi, Indonesia pada Januari mengalami deflasi sebesar 0,24% dan pada Februari 0,36%. Namun pada Maret, terjadi inflasi sebesar 0,17% karena naiknya harga BBM dan transportasi.
(Baca: Target Ekonomi Sulit Dicapai Meski 10 Malaikat Turun)
(rna)