Vietnam Salip Indonesia Eksportir Sepatu Dunia

Rabu, 06 Mei 2015 - 13:38 WIB
Vietnam Salip Indonesia...
Vietnam Salip Indonesia Eksportir Sepatu Dunia
A A A
JAKARTA - Ekspor sepatu Indonesia sampai kuartal I/2015 tertinggal dengan beberapa negara di kawasan Asia. Awalnya Indonesia salah satu negara pemasok sepatu terbesar di dunia, selain China dan Vietnam, namun sekarang tertinggal jauh dari dua negara tersebut.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Harijanto mengatakan, penurunan tersebut dikarenakan regulasi dan persoalan izin di daerah. Sehigga saat ini penyuplai sepatu terbesar di dunia adalah Vietnam dan China, sedangkan Indonesia menempati urutan ketiga.

Menurutnya, Indonesia saat ini berada di urutan ketiga dengan nilai ekspor mencapai USD4 miliar atau naik dua kali lipat dibanding realisasi 10 tahun lalu senilai USD2 miliar.

"Berbeda dengan Vietnam yang sudah mampu melewati Indonesia dalam lima tahun ini. Dia mampu menembus angka USD10 miliar atau meroket dari pencapaian USD100 juta sejak 10 tahun lalu untuk nilai ekspor ke seluruh dunia. Dengan kata lain, Vietnam hampir naik 25 kali lipat," terangnya di Gedung BKPM, Jakarta, Rabu (6/5/2015).

Sementara, China ‎angkanya menembus USD70 miliar. Ini sangat ironis apalagi Vietnam sekarang mampu menandingi Indonesia. Indonesia justru menjadi salah satu negara tujuan investasi favorit. Hanya saja, industri persepatuan kurang mendapat dukungan regulasi dari pemerintah sehingga Vietnam sukses menyalip negara ini.

"Padahal untuk kenyamanan investasi, kita lebih unggul. Cuma di regulasi, birokrasi izin di daerah, bea cukai dan perburuhan. Kondisi ini bikin investor enggak mau datang ke Indonesia," papar dia.

Pada kenyataannya malah Indonesia mempunyai potensi besar untuk masuk ke pasar sepatu di luar negeri, selain ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) sebagai negara tujuan ekspor sepatu terbesar Indonesia. Potensi pasar sepatu di dunia bisa senilai USD25 miliar.

"Jadi kita punya potensi besar, karena kita baru USD4 miliar atau 2% dari pangsa pasar dunia. Tidak boleh kita ketinggalan dari China yang susah investasi dan ekspansi lantaran upah tinggi dan masalah keamanan sosial sehingga mereka harus relokasi dengan tujuan utamanya ke Indonesia, bukan ke Myanmar atau India yang belum siap," tukas Harijanto.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6082 seconds (0.1#10.140)