Neraca Dagang RI Surplus USD3,87 Miliar di Januari 2023, Terbesar dengan Amerika
Rabu, 15 Februari 2023 - 15:03 WIB
JAKARTA - Tren surplus neraca perdagangan masih berlanjut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Januari 2023 neraca perdagangan Indonesia surplus USD3,87 miliar.
Adapun surplus yang dicapai terutama berasal dari sektor nonmigas senilai USD5,29 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD1,42 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengungkapkan, perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara mencatatkan surplus. Adapun penyumbang surplus terbanyak antara lain Amerika Serikat (AS), Filipina, dan India.
"Perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat membukukan surplus sebesar USD1,174 miliar, terbesar pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar USD291,2 juta,” terang dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
“Selain itu juga pada komoditas pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) sebesar USD182,4 juta serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD175 juta," sambung Habibullah.
Selanjutnya, Filipina menjadi negara kedua penyumbang surplus terbesar yaitu mencapai USD909,2 juta. Adapun surplus terbesar bahan bakar mineral dari Filipina mencapai USD392,4 juta.
Tak hanya itu, sumbangan surplus tertinggi lainnya berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya sebesar USD235,1 juta, dan besi dan baja sebesar USD47,3 juta.
“Filipina surplus sebesar USD909,2 juta, terbesar pada komditas bahan bakar mineral kode HS 27, kendaraan dan bagiannya kode HS 87, serta besi dan baja kode HS 72,” urainya.
Adapun surplus yang dicapai terutama berasal dari sektor nonmigas senilai USD5,29 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD1,42 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengungkapkan, perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara mencatatkan surplus. Adapun penyumbang surplus terbanyak antara lain Amerika Serikat (AS), Filipina, dan India.
"Perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat membukukan surplus sebesar USD1,174 miliar, terbesar pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar USD291,2 juta,” terang dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
“Selain itu juga pada komoditas pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) sebesar USD182,4 juta serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD175 juta," sambung Habibullah.
Selanjutnya, Filipina menjadi negara kedua penyumbang surplus terbesar yaitu mencapai USD909,2 juta. Adapun surplus terbesar bahan bakar mineral dari Filipina mencapai USD392,4 juta.
Tak hanya itu, sumbangan surplus tertinggi lainnya berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya sebesar USD235,1 juta, dan besi dan baja sebesar USD47,3 juta.
“Filipina surplus sebesar USD909,2 juta, terbesar pada komditas bahan bakar mineral kode HS 27, kendaraan dan bagiannya kode HS 87, serta besi dan baja kode HS 72,” urainya.
Baca Juga
tulis komentar anda