Meski Beda Mesin, Sri Mulyani Tetap Waspadai Resesi Singapura
Kamis, 16 Juli 2020 - 11:02 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan telah siap mewasapdai dampak resesi ekonomi yang dialami Singapura . Menurut Sri, resesi yang terjadi di Negeri Singa itu memang sulit dihindarkan karena mesin pertumbuhan mereka adalah perdagangan internasional.
"Domestic growthnya tidak bisa mensubstitusi. Oleh karena itu penurunan dari Singapura sangat besar, karena memang tidak terjadi perdagangan internasional yang selama ini menjadi engine of growth," jelasnya.
Seperti diketahui, Singapura mengumumkan pertumbuhan ekonominya di kuartal II/2020. Kementerian Perdagangan Singapura menyatakan, pertumbuhan ekonominya di kuartal II/2020 minus 41,2% dibandingkan kuartal I/2020. ( Baca juga: Singapura Resesi, Warning bagi Ekonomi Indonesia )
Sementara, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia berbeda dengan Singapura. Ekonomi Indonesia ditopang konsumsi, investasi, dan ekspor. Meski demikian, Sri tetap mewapadai resesi Singapura.
"Kita tentu waspadai, karena bagaimanapun juga Indonesia engine of growth-nya konsumsi, investasi, dan ekspor," kata Sri Gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Maka itu, pemerintah terus menggenjot mesin-mesin pertumbuhan ekonomi tadi lewat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Program PEN menyasar enam klaster sekaligus. Upaya itu dilakukan agar resesi ekonomi tidak menular.
"Hari ini pemerintah menggunakan seluruh mekanisme anggarannya untuk mensubstitusi pelemahan di sisi konsumsi dan di sisi investasi maupun ekspor," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Dia juga berharap program penempatan dana pemerintah kepada perbankan bisa menggerakkan ekonomi secara nyata, sehingga ekonomi nasional bisa terhindar dari jurang resesi.
"Jadi yang dilakukan pemerintah sekarang APBN harus dilakukan bertepatan dengan penyerapannya," jelasnya.
"Domestic growthnya tidak bisa mensubstitusi. Oleh karena itu penurunan dari Singapura sangat besar, karena memang tidak terjadi perdagangan internasional yang selama ini menjadi engine of growth," jelasnya.
Seperti diketahui, Singapura mengumumkan pertumbuhan ekonominya di kuartal II/2020. Kementerian Perdagangan Singapura menyatakan, pertumbuhan ekonominya di kuartal II/2020 minus 41,2% dibandingkan kuartal I/2020. ( Baca juga: Singapura Resesi, Warning bagi Ekonomi Indonesia )
Sementara, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia berbeda dengan Singapura. Ekonomi Indonesia ditopang konsumsi, investasi, dan ekspor. Meski demikian, Sri tetap mewapadai resesi Singapura.
"Kita tentu waspadai, karena bagaimanapun juga Indonesia engine of growth-nya konsumsi, investasi, dan ekspor," kata Sri Gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Maka itu, pemerintah terus menggenjot mesin-mesin pertumbuhan ekonomi tadi lewat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Program PEN menyasar enam klaster sekaligus. Upaya itu dilakukan agar resesi ekonomi tidak menular.
"Hari ini pemerintah menggunakan seluruh mekanisme anggarannya untuk mensubstitusi pelemahan di sisi konsumsi dan di sisi investasi maupun ekspor," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Dia juga berharap program penempatan dana pemerintah kepada perbankan bisa menggerakkan ekonomi secara nyata, sehingga ekonomi nasional bisa terhindar dari jurang resesi.
"Jadi yang dilakukan pemerintah sekarang APBN harus dilakukan bertepatan dengan penyerapannya," jelasnya.
(uka)
tulis komentar anda