Cetak Rekor Tertinggi, Devisa Sawit RI 2022 Tembus USD39,28 Miliar
Jum'at, 03 Maret 2023 - 14:51 WIB
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengungkapkan industri sawit menjadi salah satu tumpuan sumber pendapatan negara. Devisa ekspor pada 2022 mencetak rekor tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya mencapai USD39,28 miliar
"Saat ini, industri kelapa sawit menjadi salah satu tumpuan sumber pendapatan negara. Saya mempunyai keyakinan, industri sawit ke depan akan tetap menjadi pilar penting bagi perekonomian nasional," kata Wapres dalam sambutannya pada Pembukaan Musyawarah Nasional ke-11 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di Istana Wapres, Jumat (3/2/2023).
Wapres memperkirakan permintaan produk sawit untuk pangan atau oleofood akan mencapai USD106,16 miliar pada 2035, sedangkan untuk industri oleokimia mencapai USD190 miliar. Selain itu, industri kelapa sawit mampu menyediakan lapangan kerja yang berlimpah bagi kurang lebih 16,2 juta tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
Sebab itu, Wapres meminta potensi tersebut harus dimanfaatkan dengan mengembangkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Lebih lanjut, sektor ini dapat diwujudkan lebih cepat melalui peran terbaik dari seluruh pemangku kepentingan, seperti anggota GAPKI sebagai pelaku usaha, perusahaan besar, ataupun kementerian atau lembaga terkait.
Dia menyampaikan beberapa langkah strategis kepada pihak-pihak tersebut. "Supaya memperkuat jalur kemitraan antara petani dengan perusahaan besar, termasuk pada program Peremajaan Sawit Rakyat," jelasnya.
Menurut Wapres prinsip kemitraan yang didasari asas manfaat, berkelanjutan, dan saling menguntungkan harus terus dipromosikan. "Kita tidak ingin produktivitas perkebunan saja yang meningkat, tetapi juga pendapatan dan kesejahteraan petani sawit rakyat," kata Wapres.
Wapres menegaskan, perlunya pendampingan dan bimbingan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) lahan sawit rakyat. “Langkah ini perlu ditempuh untuk ciptakan sistem usaha perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial budaya, dan juga ramah lingkungan," tutur Wapres.
"Saat ini, industri kelapa sawit menjadi salah satu tumpuan sumber pendapatan negara. Saya mempunyai keyakinan, industri sawit ke depan akan tetap menjadi pilar penting bagi perekonomian nasional," kata Wapres dalam sambutannya pada Pembukaan Musyawarah Nasional ke-11 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di Istana Wapres, Jumat (3/2/2023).
Wapres memperkirakan permintaan produk sawit untuk pangan atau oleofood akan mencapai USD106,16 miliar pada 2035, sedangkan untuk industri oleokimia mencapai USD190 miliar. Selain itu, industri kelapa sawit mampu menyediakan lapangan kerja yang berlimpah bagi kurang lebih 16,2 juta tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
Sebab itu, Wapres meminta potensi tersebut harus dimanfaatkan dengan mengembangkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Lebih lanjut, sektor ini dapat diwujudkan lebih cepat melalui peran terbaik dari seluruh pemangku kepentingan, seperti anggota GAPKI sebagai pelaku usaha, perusahaan besar, ataupun kementerian atau lembaga terkait.
Dia menyampaikan beberapa langkah strategis kepada pihak-pihak tersebut. "Supaya memperkuat jalur kemitraan antara petani dengan perusahaan besar, termasuk pada program Peremajaan Sawit Rakyat," jelasnya.
Menurut Wapres prinsip kemitraan yang didasari asas manfaat, berkelanjutan, dan saling menguntungkan harus terus dipromosikan. "Kita tidak ingin produktivitas perkebunan saja yang meningkat, tetapi juga pendapatan dan kesejahteraan petani sawit rakyat," kata Wapres.
Wapres menegaskan, perlunya pendampingan dan bimbingan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) lahan sawit rakyat. “Langkah ini perlu ditempuh untuk ciptakan sistem usaha perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial budaya, dan juga ramah lingkungan," tutur Wapres.
(nng)
tulis komentar anda