Kejar Target Emisi Nol Bersih 2030, Kementerian BUMN Dorong Pupuk Indonesia Kembangkan Amonia
Jum'at, 31 Maret 2023 - 19:13 WIB
Sementara itu, jika PT Pupuk Indonesia tertarik untuk memproduksi amonia hijau, dibutuhkan pemahaman tentang teknologi electrolyzer, pemilihan lokasi pabrik dengan biaya listrik yang minimum, serta perlunya memahami permintaan pasar dan harga untuk amonia biru dan hijau.
“Berikutnya untuk amonia hijau, Anda memerlukan pemahaman tentang teknologi electrolyzer, ini sangat penting untuk produksi green ammonia, dan Anda perlu memilih lokasi pabrik dengan biaya listrik minimum,” terang Triharyo.
Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ignatius Warsito mengungkapkan, permintaan amonia global diprediksi mencapai 688 juta ton pada 2050. Jumlah ini meningkat tiga kali dibandingkan permintaan pada 2025.
“Biaya produksi amonia terbarukan untuk pabrik baru diperkirakan turun menjadi USD310-610 per ton pada tahun 2050. Saat ini, biaya produksi amonia berbahan dasar gas alam dan batu bara yaitu USD110-340 per ton,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Carbon Capture Storage (CCS) akan menambah biaya sebesar USD100-150 per ton, sehingga biaya produksi rendah karbon berbasis fosil menjadi USD210-490 per ton.
“Berikutnya untuk amonia hijau, Anda memerlukan pemahaman tentang teknologi electrolyzer, ini sangat penting untuk produksi green ammonia, dan Anda perlu memilih lokasi pabrik dengan biaya listrik minimum,” terang Triharyo.
Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ignatius Warsito mengungkapkan, permintaan amonia global diprediksi mencapai 688 juta ton pada 2050. Jumlah ini meningkat tiga kali dibandingkan permintaan pada 2025.
“Biaya produksi amonia terbarukan untuk pabrik baru diperkirakan turun menjadi USD310-610 per ton pada tahun 2050. Saat ini, biaya produksi amonia berbahan dasar gas alam dan batu bara yaitu USD110-340 per ton,” ungkapnya.
Dia menambahkan, Carbon Capture Storage (CCS) akan menambah biaya sebesar USD100-150 per ton, sehingga biaya produksi rendah karbon berbasis fosil menjadi USD210-490 per ton.
(ind)
tulis komentar anda