Kejar Target Emisi Nol Bersih 2030, Kementerian BUMN Dorong Pupuk Indonesia Kembangkan Amonia

Jum'at, 31 Maret 2023 - 19:13 WIB
loading...
Kejar Target Emisi Nol Bersih 2030, Kementerian BUMN Dorong Pupuk Indonesia Kembangkan Amonia
Kementerian BUMN meminta PT Pupuk Indonesia untuk memainkan peranan dalam penggunaan energi bersih melalui penggunaan amonia. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan terus didorong dan digalakkan oleh pemerintah di banyak negara termasuk Indonesia. Perusahaan nasional, baik BUMN maupun swasta, di Tanah Air juga diminta berkontribusi.

Kementerian BUMN pun meminta PT Pupuk Indonesia untuk memainkan peranan dalam penggunaan energi bersih melalui penggunaan amonia.

Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury saat menjadi pembicara kunci pada acara Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 mengatakan, penggunaan amonia biru dan hijau di dunia akan terus meningkat di masa depan.

Dia mengungkapkan, beberapa prediksi yang dilakukan oleh lembaga think tank menyebut 12% dari energi dunia jelang 2050 akan menggunakan hidrogen sebagai sumber energi dan ini bisa menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia.

“PT Pupuk Indonesia bisa mengembangkan amonia biru dan hijau dengan cara bekerja sama dengan sejumlah pihak baik dari dalam negeri seperti Pertamina dan juga dengan pihak luar,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Jumat (31/3/2023).

Pahala menuturkan, penggunaan amonia bisa membantu target pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih pada 2030. Oleh sebab itu, sesuai Surat Edaran (SE) Menteri BUMN terkait dekarbonisasi yang baru saja diterbitkan, Pahala meminta PT Pupuk Indonesia dan BUMN lainnya yang mempunyai kontribusi besar dalam pengurangan emisi nasional untuk membuat peta jalan dalam penggunaan energi bersih.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, PICAF 2023 diluncurkan sebagai bentuk dukungan untuk mempromosikan ekosistem amonia bersih (rendah karbon).

Pihaknya berharap melalui PICAF 2023 bisa mempercepat implementasi inovasi teknologi dan pengembangan kebijakan untuk memperkuat rantai nilai amonia bersih.

Menurut dia, hal ini merupakan perpanjangan dari komitmen Pupuk Indonesia untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.

Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun di industri amonia memungkinkan Pupuk Indonesia untuk melihat potensi amoniak bersih guna mendukung transisi energi rendah karbon.

“Dengan pengembangan amonia bersih, Pupuk Indonesia berkomitmen untuk berperan aktif dalam mendukung pencapaian emisi nol bersih, yang menargetkan untuk mengurangi emisi karbon setara dengan lima juta ton CO2 pada tahun 2050,” ungkap Bakir.

Kejar Target Emisi Nol Bersih 2030, Kementerian BUMN Dorong Pupuk Indonesia Kembangkan Amonia


Dia pun berharap inisiatif pengembangan ekosistem amonia bersih akan memicu efek berlipat bagi perekonomian Indonesia, sekaligus mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih.

Oleh karena itu, Bakir optimistis, PICAF 2023 dapat memberikan manfaat bagi seluruh peserta dan menjadi momentum mendorong terciptanya ekosistem amonia bersih di Indonesia.

Penasihat Khusus Kementerian ESDM Triharyo Soesilo membeberkan sejumlah poin penting yang harus dilakukan PT Pupuk Indonesia jika tertarik mengembangkan amonia biru dan hijau.

Menurut dia, salah satu poin penting yang hingga saat ini belum dilakukan yaitu menjalin kerjasama dengan perusahaan bawah permukaan yang memiliki kapasitas reservoir (penyimpanan) CO2 untuk bisa sukses mengembangkan amonia biru dan hijau.

Selain itu, imbuh dia, diperlukan pemahaman tentang pasar karbon untuk mengembalikan sebagian biaya investasi CCS/CCUS Capex dan Opex, guna meningkatkan keekonomiannya.

“Kedua, Anda harus menemukan dan mengembangkan pemasaran karbon sendiri. Anda sangat ahli menjual karbon sendiri, urea, amonia, dan membeli sulfur dan fosfat. Namun, Anda harus mulai mengembangkan keahlian ekonomi karbon,” saran dia.



Sementara itu, jika PT Pupuk Indonesia tertarik untuk memproduksi amonia hijau, dibutuhkan pemahaman tentang teknologi electrolyzer, pemilihan lokasi pabrik dengan biaya listrik yang minimum, serta perlunya memahami permintaan pasar dan harga untuk amonia biru dan hijau.

“Berikutnya untuk amonia hijau, Anda memerlukan pemahaman tentang teknologi electrolyzer, ini sangat penting untuk produksi green ammonia, dan Anda perlu memilih lokasi pabrik dengan biaya listrik minimum,” terang Triharyo.



Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ignatius Warsito mengungkapkan, permintaan amonia global diprediksi mencapai 688 juta ton pada 2050. Jumlah ini meningkat tiga kali dibandingkan permintaan pada 2025.

“Biaya produksi amonia terbarukan untuk pabrik baru diperkirakan turun menjadi USD310-610 per ton pada tahun 2050. Saat ini, biaya produksi amonia berbahan dasar gas alam dan batu bara yaitu USD110-340 per ton,” ungkapnya.

Dia menambahkan, Carbon Capture Storage (CCS) akan menambah biaya sebesar USD100-150 per ton, sehingga biaya produksi rendah karbon berbasis fosil menjadi USD210-490 per ton.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1590 seconds (0.1#10.140)