Selain BRICS, Indonesia juga Sudah Kurangi Kecanduan terhadap Dolar

Jum'at, 21 April 2023 - 14:25 WIB
Indonesia sudah mulai mengurangi penggunaan dolar. Foto/Dok
JAKARTA - Fenomena proses penggantian dolar sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan hingga perjanjian perdagangan bilateral (dedolarisasi) terjadi di sejumlah negara. Sebelumnya, blok BRICS yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China dan Afrika Selatan sudah memulai wacana tersebut untuk melawan kekuatan dolar Amerika Serikat (AS).



Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang mulai meninggalkan dolar AS. Dalam melakukan penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi, Perry menerangkan, Indonesia sudah menerapkan local currency transaction (LCT).



“Indonesia sudah menggagas diversifikasi penggunaan mata uang dalam bentuk LCT. Arahnya sama dengan BRICS. Bahkan, Indonesia lebih konkret,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur bulanan April 2023, ditulis Jumat (21/4/2023).

Menurutnya, LCT yang diterapkan oleh Indonesia jauh lebih konkret lantaran Indonesia sudah menerapkan metode diversifikasi mata uang tersebut dengan sejumlah negara, seperti Thailand, Malaysia, China, dan Jepang. Bahkan, Indonesia berencana menandatangani kerja sama dengan Korea Selatan terkait penggunaan LCT pada awal bulan Mei mendatang.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, data terakhir hingga Februari 2023 menunjukan total transaksi LCT sudah mencapai USD957 juta atau setara dengan Rp14,29 triliun (asumsi kurs Rp14.942) selama dua bulan. Rata-rata transaksinya pun mencapai USD480 juta dan lebih tinggi dari rata-rata sebelumnya yang berada pada angka USD350 juta pada 2022.

“Transaksi LCT sejauh ini dilakukan dengan Thailand, Malaysia dan Jepang. Untuk China waktu itu masih ada perlambatan ekonomi karena kebijakan pembatasan Covid-19,” imbuhnya.

Destry menambahkan, jumlah pelaku LCT saat ini sudah mencapai 2.014 pelaku, meningkat dibandingkan jumlah pelaku di 2022 yang terdiri dari 1.740an pelaku. “Bahkan 2021 ke 2022 peningkatannya 2 kali lipat lebih,” bebernya.

Dengan demikian, adanya penandatanganan kerja sama dengan Korea Selatan di bulan Mei dan ekonomi China yang mulai bertumbuh pasca-pencabutan kebijakan pembatasan Covid19, transaksi dan pelaku LCT disebut akan meningkat secara signifikan.



“Ini tentu akan sangat membantu diversifikasi perdagangan dan mata uang global,” pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More