Kasus COVID-19 yang Terus Bertambah Berpotensi Lumpuhkan Ekonomi
Selasa, 21 Juli 2020 - 11:36 WIB
JAKARTA - Kasus positif virus corona atau COVID-19 yang terus meningkat hingga pertengahan Juli ini bisa memberi efek domino pada tiga aspek yakni aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Pada aspek ekonomi, konsumsi rumah tangga akan semakin terganggu, investasi terhambat, ekspor impor juga mengalami kontraksi.
"Sedangkan pada aspek sosial, berhentinya aktivitas ekonomi berkonsekuensi pada penyerapan tenaga kerja. Adapun pada aspek kesehatan, penyebaranCOVID yang sangat mudah dan begitu cepat," beber Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Wihana Kirana Jaya, di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Wihana mengatakan, jika COVID-19 tidak dapat diprediksi kapan berakhir, maka kemungkinan akan menambah ketidakpastian di pasar keuangan. Dengan begitu, tingkat risiko semakin tinggi, ekonomi Indonesia semakin tertekan bahkan bisa mengalami resesi cukup dalam.
Maka dari itu kata dia, diperlukan strategi kebijakan moneter dan perbankan untuk menghindari resesi.
''Bagaimana strateginya? Apa terapinya? Contohnya bagaimana kita keluarkan insentif agar pertumbuhan ekonomi bisa reborn seperti melakukan subsidi melalui udara (perjalanan menggunakan pesawat) atau sektor riil dengan menurunkan suku bunga," katanya.
Pada aspek ekonomi, konsumsi rumah tangga akan semakin terganggu, investasi terhambat, ekspor impor juga mengalami kontraksi.
"Sedangkan pada aspek sosial, berhentinya aktivitas ekonomi berkonsekuensi pada penyerapan tenaga kerja. Adapun pada aspek kesehatan, penyebaranCOVID yang sangat mudah dan begitu cepat," beber Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Wihana Kirana Jaya, di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Wihana mengatakan, jika COVID-19 tidak dapat diprediksi kapan berakhir, maka kemungkinan akan menambah ketidakpastian di pasar keuangan. Dengan begitu, tingkat risiko semakin tinggi, ekonomi Indonesia semakin tertekan bahkan bisa mengalami resesi cukup dalam.
Maka dari itu kata dia, diperlukan strategi kebijakan moneter dan perbankan untuk menghindari resesi.
''Bagaimana strateginya? Apa terapinya? Contohnya bagaimana kita keluarkan insentif agar pertumbuhan ekonomi bisa reborn seperti melakukan subsidi melalui udara (perjalanan menggunakan pesawat) atau sektor riil dengan menurunkan suku bunga," katanya.
(luq)
tulis komentar anda