Bos BI Ungkap Empat Penyebab Rupiah Menguat
Rabu, 29 April 2020 - 12:07 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu (29/4/2020). Data Bloomberg pada pukul 11.40 WIB, rupiah menguat 51 poin atau 0,33% ke level Rp15.394 per USD, berbanding Selasa kemarin di Rp15.445 per USD.
Laju rupiah membuat Bank Indonesia optimistis bahwa nilai tukar rupiah akan terus menguat, dan menuju target yaitu Rp15.000 per USD di akhir tahun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo semringah atas penguatan rupiah hari ini. Kendati demikian, ia mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue atau berada di bawah harga sebenarnya.
Perry lantas mengungkapkan ada empat penyebab rupiah bergerak menguat. Pertama, defisit transaksi berjalan masih lebih rendah karena diperkirakan berada di bawah 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Fundamental rupiah saat ini sekitar Rp15.400, masih undervalue. Kenapa? Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah, semula diperkirakan 2,5% sampai 3% dari PDB, Insya Allah pada kuartal I dibawah 1,5% dari PDB. Dan keseluruhan tahun di bawah 2,5%. Jika defisit transkasi berjalan lebih rendah berarti kekurangan devisa juga lebih rendah makanya mendukung penguatan rupiah ke fundamental," ujarnya dalam teleconfrence, Rabu (29/4/2020).
Kedua, Bank Indonesia terus melakukan intervensi sehingga posisi nilai tukar rupiah terus bertahan dengan mekanisme jual beli yang normal. Hal ini ditambah stimulus fiskal yang akan diberikan pemerintah sehingga membuat kepercayaan investor semakin tinggi.
"BI akan terus menjaga pasar stabilitas rupiah. Kalau diperlukan akan melakukan intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward dan pembelian SBN di pasar sekunder," kata Perry.
Ketiga adalah arus modal asing yang akan segera membanjiri Indonesia. Meski diakui Perry, saat ini, arus modal asing masih kecil. Namun jika dilihat dari penawaran, minat beli Surat Berharga Negar (SBN) semakin meningkat.
"Inflow (arus modal masuk) Insya Allah akan masuk, sekarang memang masih seret, kadang masuk kadang keluar. Tetapi bid coverage ke SBN meningkat. Maka minat beli SBN akan meningkat," terang Perry.
Terakhir adalah premi risiko yang akan kembali turun. Hal ini didorong oleh akan meredanya pandemi virus corona (Covid-19) di dalam maupun luar negeri.
"Keempat premi risiko, yang sekarang masih relatif tinggi, Insya Allah, meredanya Covid-19 akan membuat rupiah stabil. Itu keempat faktor penyebab rupiah mulai bergerak stabil dan Insya Allah dapat menguat ke arah Rp15.000 per USD," optimis Perry.
Laju rupiah membuat Bank Indonesia optimistis bahwa nilai tukar rupiah akan terus menguat, dan menuju target yaitu Rp15.000 per USD di akhir tahun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo semringah atas penguatan rupiah hari ini. Kendati demikian, ia mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue atau berada di bawah harga sebenarnya.
Perry lantas mengungkapkan ada empat penyebab rupiah bergerak menguat. Pertama, defisit transaksi berjalan masih lebih rendah karena diperkirakan berada di bawah 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Fundamental rupiah saat ini sekitar Rp15.400, masih undervalue. Kenapa? Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah, semula diperkirakan 2,5% sampai 3% dari PDB, Insya Allah pada kuartal I dibawah 1,5% dari PDB. Dan keseluruhan tahun di bawah 2,5%. Jika defisit transkasi berjalan lebih rendah berarti kekurangan devisa juga lebih rendah makanya mendukung penguatan rupiah ke fundamental," ujarnya dalam teleconfrence, Rabu (29/4/2020).
Kedua, Bank Indonesia terus melakukan intervensi sehingga posisi nilai tukar rupiah terus bertahan dengan mekanisme jual beli yang normal. Hal ini ditambah stimulus fiskal yang akan diberikan pemerintah sehingga membuat kepercayaan investor semakin tinggi.
"BI akan terus menjaga pasar stabilitas rupiah. Kalau diperlukan akan melakukan intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward dan pembelian SBN di pasar sekunder," kata Perry.
Ketiga adalah arus modal asing yang akan segera membanjiri Indonesia. Meski diakui Perry, saat ini, arus modal asing masih kecil. Namun jika dilihat dari penawaran, minat beli Surat Berharga Negar (SBN) semakin meningkat.
"Inflow (arus modal masuk) Insya Allah akan masuk, sekarang memang masih seret, kadang masuk kadang keluar. Tetapi bid coverage ke SBN meningkat. Maka minat beli SBN akan meningkat," terang Perry.
Terakhir adalah premi risiko yang akan kembali turun. Hal ini didorong oleh akan meredanya pandemi virus corona (Covid-19) di dalam maupun luar negeri.
"Keempat premi risiko, yang sekarang masih relatif tinggi, Insya Allah, meredanya Covid-19 akan membuat rupiah stabil. Itu keempat faktor penyebab rupiah mulai bergerak stabil dan Insya Allah dapat menguat ke arah Rp15.000 per USD," optimis Perry.
(bon)
tulis komentar anda