Terperangkap Utang, China Kubur Uang Triliunan Dolar di Jalur Sutra
Selasa, 06 Juni 2023 - 18:34 WIB
JAKARTA - The Belt On Road Initiative atau Klub Inisiatif Jalur Sutra (BRI) berubah menjadi proyek penagihan utang bagi China . Puluhan negara menegosiasikan kembali pinjaman mereka kepada China.
Triliunan dolar uang China terkubur dalam jumlah besar di jalur sutra karena banyak negara anggota tidak bisa membayar pinjaman. Bank-bank China menghadapi tekanan global untuk menegosiasikan ulang yang akhirnya merugikan dirinya sendinri.
Seperti yang ditunjukkan oleh data tahunan yang dikompilasi oleh Rhodium Group berbasis AS, tingkat penegosiasian ulang, atau bahkan penghapusan utang, telah meningkat secara signifikan. Antara 2017 dan 2019, China menegosiasikan ulang atau menghapuskan utang senilai USD17 miliar. Selanjutnya, antara 2020 dan Maret 2023, China menegosiasikan ulang atau menghapuskan pinjaman senilai USD78,5 miliar yang seharusnya diinvestasikan dalam proyek-proyek utama seperti jalan, kereta api, pelabuhan, bandara, dan lainnya.
China juga secara signifikan memotong laju pendanaan proyek-proyek BRI, terutama karena krisis Covid-19 telah berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global. Kebijakan negosiasi ulang atau penghapusan utang ini ditambah dengan kebijakan baru dengan memberikan pinjaman penyelamatan untuk membantu penerima BRI menghindari kegagalan pembayaran utang.
Melansir Asia Sentinel, dalam dua bulan terakhir, China telah memberikan bantuan ini kepada Pakistan sebanyak dua kali, dengan total lebih dari USD4 miliar. Pakistan adalah negara dimulainya Koridor Ekonomi China-Pakistan yang menjadi unggulan sejak 2013, tetapi hingga saat ini tidak menghasilkan hasil positif justru Pakistran kesulitan keuangan dan menghadapi potensi kegagalan pembayaran utang.
Menurut data yang dikompilasi oleh AidData, sebuah institut penelitian di William & Mary University yang berbasis di Virginia, antara tahun 2000 dan 2021, China melakukan total 128 operasi pemberian pinjaman penyelamatan terpisah yang tersebar di 22 negara, termasuk Argentina, Ekuador, Suriname, dan Venezuela di Amerika Latin; Angola, Sudan, Sudan Selatan, Tanzania, dan Kenya di Afrika; Turki, Oman, dan Mesir di Timur Tengah; dan Pakistan, Sri Lanka, Mongolia, dan Laos di Asia. Total jumlah yang dihabiskan mencapai USD240 miliar.
Meskipun tujuan China adalah memastikan anggota BRI terus melayani proyek-proyek mereka, kasus Sri Lanka menunjukkan bahwa Beijing tidak selalu berhasil. Sejak kegagalan pembayaran utang Sri Lanka lebih dari setahun yang lalu, negara tersebut kesulitan mendapatkan dana, dan Dana Moneter Internasional (IMF) akhirnya datang membantu pada awal tahun ini dengan memberikan bantuan sebesar USD3miliar.
Zambia, yang berhutang lebih dari USD6 miliar kepada China sebelum kegagalan pembayaran utang pada 2020, telah memiliki pinjaman yang dibatalkan enam kali oleh China. Namun, strategi ini gagal mencegah kegagalan pembayaran utang.
Triliunan dolar uang China terkubur dalam jumlah besar di jalur sutra karena banyak negara anggota tidak bisa membayar pinjaman. Bank-bank China menghadapi tekanan global untuk menegosiasikan ulang yang akhirnya merugikan dirinya sendinri.
Seperti yang ditunjukkan oleh data tahunan yang dikompilasi oleh Rhodium Group berbasis AS, tingkat penegosiasian ulang, atau bahkan penghapusan utang, telah meningkat secara signifikan. Antara 2017 dan 2019, China menegosiasikan ulang atau menghapuskan utang senilai USD17 miliar. Selanjutnya, antara 2020 dan Maret 2023, China menegosiasikan ulang atau menghapuskan pinjaman senilai USD78,5 miliar yang seharusnya diinvestasikan dalam proyek-proyek utama seperti jalan, kereta api, pelabuhan, bandara, dan lainnya.
China juga secara signifikan memotong laju pendanaan proyek-proyek BRI, terutama karena krisis Covid-19 telah berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global. Kebijakan negosiasi ulang atau penghapusan utang ini ditambah dengan kebijakan baru dengan memberikan pinjaman penyelamatan untuk membantu penerima BRI menghindari kegagalan pembayaran utang.
Melansir Asia Sentinel, dalam dua bulan terakhir, China telah memberikan bantuan ini kepada Pakistan sebanyak dua kali, dengan total lebih dari USD4 miliar. Pakistan adalah negara dimulainya Koridor Ekonomi China-Pakistan yang menjadi unggulan sejak 2013, tetapi hingga saat ini tidak menghasilkan hasil positif justru Pakistran kesulitan keuangan dan menghadapi potensi kegagalan pembayaran utang.
Menurut data yang dikompilasi oleh AidData, sebuah institut penelitian di William & Mary University yang berbasis di Virginia, antara tahun 2000 dan 2021, China melakukan total 128 operasi pemberian pinjaman penyelamatan terpisah yang tersebar di 22 negara, termasuk Argentina, Ekuador, Suriname, dan Venezuela di Amerika Latin; Angola, Sudan, Sudan Selatan, Tanzania, dan Kenya di Afrika; Turki, Oman, dan Mesir di Timur Tengah; dan Pakistan, Sri Lanka, Mongolia, dan Laos di Asia. Total jumlah yang dihabiskan mencapai USD240 miliar.
Meskipun tujuan China adalah memastikan anggota BRI terus melayani proyek-proyek mereka, kasus Sri Lanka menunjukkan bahwa Beijing tidak selalu berhasil. Sejak kegagalan pembayaran utang Sri Lanka lebih dari setahun yang lalu, negara tersebut kesulitan mendapatkan dana, dan Dana Moneter Internasional (IMF) akhirnya datang membantu pada awal tahun ini dengan memberikan bantuan sebesar USD3miliar.
Zambia, yang berhutang lebih dari USD6 miliar kepada China sebelum kegagalan pembayaran utang pada 2020, telah memiliki pinjaman yang dibatalkan enam kali oleh China. Namun, strategi ini gagal mencegah kegagalan pembayaran utang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda