Babak Baru 'Perang' AS-China, Jadi Sentimen Saham Pekan Depan
Minggu, 26 Juli 2020 - 15:17 WIB
JAKARTA - Terus meningkatnya kasus positif corona virus di dunia masih menjadi sentimen pergerakan harga saham pada pekan depan. Tak tanggung-tanggung, besarnya gelombang Covid-19 dikhawatirkan akan kembali menutup aktivitas bisnis di sejumlah negara karena tidak menutup kemungkinan kebijakan karantina wilayah atau lockdown kembali diterapkan.
"Infeksi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran adanya kebijakan pengendalian seperti lockdown, berakibat membalikkan situasi pemulihan aktivitas bisnis yang telah terlihat selama ini," ujar Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee, di Jakarta, Minggu (26/7/2020).
Menurut pengamat pasar modal itu memproyeksikan kekawatiran meledaknya kasus Covid-19 secara global dan karantina wilayah masih akan menghantui pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan. Pembukaan ekonomi baru dengan mulai dibukanya aktivitas bisnis bisa jadi berbalik arah ditutup kembali.
Adapun bisnis perusahaan teknologi kana menjaid perhatian besar. Pasalnya, jika tidak laporan keuangan tidak sesuai harapan diramal perusahaan teknologi akan memberikan tekanan pada pasar. Selain itu, pergerakan saham juga akan dipegaruhi oleh kelanjutan stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) dengan harapan tidak berbeda jauh dengan kondisi saat ini.
Optimisme pasar dibangun karena komitmen Parta Republik sebagai pengusung Presiden Trump telah mempertimbangkan untuk memperpanjang tunjangan pengangguran menjadi sebesar USD400 per bulan sampai akhir tahun ini. Pasalnya sesuai laporan AS, kondisi pengangguran setiap pekannya cukup mengkhawatirkan.
Saat ini pelaku pasar menanti rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua dengan konsensus analis memperkirakan PDB USA turun 35%. Tidak hanya itu, ekonomi Zona Eropa menunjukkan perbaikan setelah pelonggaran lockdown menjadi sentimen positif pasar. Meski begitu, diperkirakan belum akan kembali sebaik sebelum krisis pandemi corona virus melanda. "Sentimen positif dana pemulihan 750 miliar euro atau sekitar USD862 miliar sudah rendah atau tidak terlalu kuat lagi," katanya
Disamping itu, semakin memanasnnya konflik duna negara adidaya China dan AS menjadi perhatian pelaku pasar menyusul aksi saling tutup antar konsulat kedua negara di Houston, AS dan Chengdu, China. "Risiko jangka pendek terbesar saat ini adalah salah satu negara baik AS maupun China melangkah lebih jauh dan melanggar kesepakatan perjanjian fase satu. Hal ini dapat membuat berlanjutnya perang dagang baru kedua negara," jelasnya.
Selanjutnya, pelaku pasar dalam negeri tetap waspada terhadap sentimen positif vaksin, karena masih butuh waktu untuk memastikan suksesnya vaksin tersebut. Selain itu masih ada potensi gagal pada pengujian fase tiga. "IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5074 sampai 5031 dan resistance di level 5162 sampai 5200," jelasnya.
"Infeksi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran adanya kebijakan pengendalian seperti lockdown, berakibat membalikkan situasi pemulihan aktivitas bisnis yang telah terlihat selama ini," ujar Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee, di Jakarta, Minggu (26/7/2020).
Menurut pengamat pasar modal itu memproyeksikan kekawatiran meledaknya kasus Covid-19 secara global dan karantina wilayah masih akan menghantui pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan. Pembukaan ekonomi baru dengan mulai dibukanya aktivitas bisnis bisa jadi berbalik arah ditutup kembali.
Adapun bisnis perusahaan teknologi kana menjaid perhatian besar. Pasalnya, jika tidak laporan keuangan tidak sesuai harapan diramal perusahaan teknologi akan memberikan tekanan pada pasar. Selain itu, pergerakan saham juga akan dipegaruhi oleh kelanjutan stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) dengan harapan tidak berbeda jauh dengan kondisi saat ini.
Optimisme pasar dibangun karena komitmen Parta Republik sebagai pengusung Presiden Trump telah mempertimbangkan untuk memperpanjang tunjangan pengangguran menjadi sebesar USD400 per bulan sampai akhir tahun ini. Pasalnya sesuai laporan AS, kondisi pengangguran setiap pekannya cukup mengkhawatirkan.
Saat ini pelaku pasar menanti rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua dengan konsensus analis memperkirakan PDB USA turun 35%. Tidak hanya itu, ekonomi Zona Eropa menunjukkan perbaikan setelah pelonggaran lockdown menjadi sentimen positif pasar. Meski begitu, diperkirakan belum akan kembali sebaik sebelum krisis pandemi corona virus melanda. "Sentimen positif dana pemulihan 750 miliar euro atau sekitar USD862 miliar sudah rendah atau tidak terlalu kuat lagi," katanya
Disamping itu, semakin memanasnnya konflik duna negara adidaya China dan AS menjadi perhatian pelaku pasar menyusul aksi saling tutup antar konsulat kedua negara di Houston, AS dan Chengdu, China. "Risiko jangka pendek terbesar saat ini adalah salah satu negara baik AS maupun China melangkah lebih jauh dan melanggar kesepakatan perjanjian fase satu. Hal ini dapat membuat berlanjutnya perang dagang baru kedua negara," jelasnya.
Selanjutnya, pelaku pasar dalam negeri tetap waspada terhadap sentimen positif vaksin, karena masih butuh waktu untuk memastikan suksesnya vaksin tersebut. Selain itu masih ada potensi gagal pada pengujian fase tiga. "IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5074 sampai 5031 dan resistance di level 5162 sampai 5200," jelasnya.
(nng)
tulis komentar anda