Pertanian Cerdas Iklim Bisa Meningkatkan Produktivitas, TOT CSA SIMURP Digelar
Senin, 27 Juli 2020 - 21:50 WIB
CIANJUR - Provinsi Jawa Barat melaksanakan Traning on Trainer (ToT) Climate Smart Agriculture (CSA) SIMURP, 26-30 Juli 2020. Kegiatan ini dilaksanakan di UPTD Balai Pelatihan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, di Neglasari, Kabupaten Cianjur.
Menurut Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian cerdas iklim atau CSA proyek SIMURP memiliki dampak yang positif untuk pertanian. "CSA SIMURP bisa meningkatkan produktivitas produksi tanaman dan juga pendapatan petani. Khususnya pada lahan sawah beririgasi," tutur Mentan SYL.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengungkapkan, CSA SIMURP juga mendukung ketahanan pangan berkelanjutan. “Kegiatan CSA SIMURP sangat positif. Karena mendukung ketahanan pangan berkelanjutan serta mengantisipasi dampak negatif perubahan ekstrim iklim global. Yang tentunya mampu meningkatkan produksi pertanian juga pendapatan petani,” tuturnya.
(Baca Juga: Siapkan Ketahanan Pangan )
Tujuan dari SIMURP sendiri adalah meningkatkan Indeks Pertanaman, meningkatkan produksi, produktivitas tanaman, serta mengurangi efek gas rumah kaca. Output dari proyek ini adalah penerapan pertanian cerdas iklim (CSA), peningkatan intensitas pertanaman, meningkatkan pendapatan petani di Daerah Irigasi wilayah proyek SIMURP.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan Leli Nuryati mengutarakan, perubahan iklim global belakangan ini dampaknya sudah semakin nyata. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan suhu udara, naiknya permukaan air laut dan perubahan pola musim hujan dan kemarau yang tidak menentu.
“Bahkan terjadi iklim ekstrim yang menimbulkan bencana banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau, atau terjadinya tanah longsor, meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman serta rusaknya infrastrukur pertanian seperti irigasi sebagai akibat banjir dan tanah longsor,” tuturnya.
(Baca Juga: Ketersediaan Pangan Kunci Ketahanan Nasional di Masa Pandemi Covid-19 )
Kejadian ini berpotensi mengancam penurunan produktivitas, produksi, mutu hasil pertanian, serta menurunnya efesiensi dan efektifitas distribusi pangan. Muaranya kepada rentannya ketahanan pangan nasional.
“Kita mengantisipasinya dengan tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim global melalui kegiatan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) dalam proyek Strategy Irrigation Modernization Urgent Rehabilitation Project (SIMURP),” terangnya.
Leli menambahkan, agar kegiatan SIMURP-CSA berjalan dengan baik, perlu dukungan sumber daya manusia pertanian seperti penyuluh dan petani yang handal. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan mereka ditingkatkan melalui ToT CSA SIMURP.
“Kegiatan TOT CSA Proyek SIMURP adalah tindak lanjut dari kegiatan TOM-CSA Proyek SIMURP yang telah dilaksanakan tahun 2019 lalu,” jelasnya. (EZ)
Menurut Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian cerdas iklim atau CSA proyek SIMURP memiliki dampak yang positif untuk pertanian. "CSA SIMURP bisa meningkatkan produktivitas produksi tanaman dan juga pendapatan petani. Khususnya pada lahan sawah beririgasi," tutur Mentan SYL.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengungkapkan, CSA SIMURP juga mendukung ketahanan pangan berkelanjutan. “Kegiatan CSA SIMURP sangat positif. Karena mendukung ketahanan pangan berkelanjutan serta mengantisipasi dampak negatif perubahan ekstrim iklim global. Yang tentunya mampu meningkatkan produksi pertanian juga pendapatan petani,” tuturnya.
(Baca Juga: Siapkan Ketahanan Pangan )
Tujuan dari SIMURP sendiri adalah meningkatkan Indeks Pertanaman, meningkatkan produksi, produktivitas tanaman, serta mengurangi efek gas rumah kaca. Output dari proyek ini adalah penerapan pertanian cerdas iklim (CSA), peningkatan intensitas pertanaman, meningkatkan pendapatan petani di Daerah Irigasi wilayah proyek SIMURP.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan Leli Nuryati mengutarakan, perubahan iklim global belakangan ini dampaknya sudah semakin nyata. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan suhu udara, naiknya permukaan air laut dan perubahan pola musim hujan dan kemarau yang tidak menentu.
“Bahkan terjadi iklim ekstrim yang menimbulkan bencana banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau, atau terjadinya tanah longsor, meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman serta rusaknya infrastrukur pertanian seperti irigasi sebagai akibat banjir dan tanah longsor,” tuturnya.
(Baca Juga: Ketersediaan Pangan Kunci Ketahanan Nasional di Masa Pandemi Covid-19 )
Kejadian ini berpotensi mengancam penurunan produktivitas, produksi, mutu hasil pertanian, serta menurunnya efesiensi dan efektifitas distribusi pangan. Muaranya kepada rentannya ketahanan pangan nasional.
“Kita mengantisipasinya dengan tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim global melalui kegiatan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) dalam proyek Strategy Irrigation Modernization Urgent Rehabilitation Project (SIMURP),” terangnya.
Leli menambahkan, agar kegiatan SIMURP-CSA berjalan dengan baik, perlu dukungan sumber daya manusia pertanian seperti penyuluh dan petani yang handal. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan mereka ditingkatkan melalui ToT CSA SIMURP.
“Kegiatan TOT CSA Proyek SIMURP adalah tindak lanjut dari kegiatan TOM-CSA Proyek SIMURP yang telah dilaksanakan tahun 2019 lalu,” jelasnya. (EZ)
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda